Berbagilah Dengan Sesama Tanpa Mengharapkan Apapun

Wednesday, September 30, 2020

10 Jenis Sakit Kepala Berdasarkan Penyebabnya

Sakit kepala adalah penyakit yang paling sering dialami masyarakat. Umumnya penderita menganggap rasa sakit atau berdenyut pada kepala disebabkan oleh pemicu yang sama. Tak heran ketika sakit kepala menyerang, orang langsung mengonsumsi obat pereda nyeri.

Padahal sebelum memutuskan menelan obat, ketahui dulu penyebab dan letak sakitnya. Bahkan 2013 International Headache Society mengklasifikasi jenis sakit kepala. Selain bisa teridentifikasi jenis sakit kepala yang diderita, Anda juga bisa menjalani pengobatan yang tepat dan efektif serta tidak mengganggu kesehatan.

Sakit kepala didefinisikan sebagai rasa sakit yang timbul dari kepala atau leher bagian atas tubuh. Rasa sakit berasal dari jaringan dan struktur yang mengelilingi tengkorak atau otak.

Seperti jaringan periosteum, otot, sinus, mata, dan telinga, arteri, vena, dan saraf bisa meradang dan menyebabkan sakit kepala. Rasa sakitnya bisa berupa nyeri, tertusuk-tusuk, berdenyut, dengan intensitas ringan hingga intens.

1. Migrain
Wanita tiga kali lebih mungkin mengalami migrain daripada pria. Selain itu, orang yang baru saja mengalami trauma di bagian kepala meningkatkan risiko migrain. (Foto: lannyboy89/Pixabay)

Migrain merupakan salah satu jenis sakit kepala yang paling umum. Gejala migrain yakni berdenyut di sebagian kepala dan bisa berlangsung beberapa hari.
Saking menderitanya, tak jarang penderita migrain sampai tak mampu menjalani aktivitas seperti biasa. Jika dipaksakan beraktivitas, serangan migrain bisa semakin intens.

Selain kepala berdenyut, gejala lain yang umum dirasakan yakni sensitif terhadap suara dan cahaya, pandangan berkunang-kunang, disertai mual dan muntah.

Serangan migrain mungkin saja dikaitkan dengan kondisi sistem saraf. Faktor yang turut berpengaruh memicu migrain seperti insomnia, dehidrasi, melewatkan makan, fluktuasi hormon, dan paparan bahan kimia. 

Hingga kini belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan migrain. Obat migrain yang dijual di pasaran hanya untuk mencegah serangan dan mengurangi gejala yang dirasakan.

Untuk mengurangi frekuensi migrain kambuh, lebih baik lakukan upaya pencegahan dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti cukup tidur, kurangi stres, minum banyak air, olahraga teratur, dan hindari makanan mengandung gluten.

2. Sakit kepala tegang
Sakit kepala tegang dipicu oleh stres. Sensasi yang dirasakan yakni sakit di seluruh kepala namun tidak berdenyut. Kepala tegang merupakan jenis sakit yang paling banyak dialami selain migrain, bahkan sulit dibedakan dari migrain.

Namun mudah saja membedakannya. Sakit kepala tegang biasanya tidak mengganggu penglihatan, juga tidak disertai perasaan mual atau muntah.
Jika aktivitas fisik biasanya memperburuk migrain, sebaliknya aktivitas apa pun tak membuat sakit kepala tegang semakin parah.

Peningkatan kepekaan terhadap cahaya atau suara mungkin saja terjadi ketika mengalami sakit kepala tegang, tetapi bukanlah gejala yang umum.

Jika mengalami sakit kepala tegang, cobalah beristirahat sejenak, jauhkan mata dari layar komputer, melakukan peregangan tubuh, dan mandi air panas untuk melemaskan otot. Bila perlu, kompres bagian kepala yang sakit dengan kompres hangat untuk membuat rileks.

3. Sakit kepala kluster
Meski sakit kepala kluster tak diketahui penyebabnya secara pasti, namun kebanyakan penderitanya adalah perokok dan peminum alkohol (Foto: Daria-Yakovleva/Pixabay)

Sakit kepala kluster ditandai dengan rasa panas dan tertusuk-tusuk. Sakit kepala jenis ini biasanya terasa di bagian belakang mata atau di sebagian wajah. Tak jarang disertai dengan bengkak, kemerahan, dan berkeringat pada bagian yang terdampak.
Hidung tersumbat dan mata berair juga sering terjadi pada sisi yang sama dengan sakit kepala. Sakit kepala kluster menyerang tiba-tiba tanpa gejala berarti dan berlangsung antara 15 menit hingga 3 jam.

Penderitanya bisa merasakan sakit kepala ini hingga delapan kali serangan dalam sehari.
Sakit kepala kluster tiga kali lebih banyak menyerang pria. Untuk pengobatan, biasanya diberikan terapi oksigen atau anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit.

Melansir Medical News Today, penyebab sakit kepala kluster masih belum bisa dipastikan, tapi biasanya menyerang pada perokok. Orang yang tengah mengalami sakit kepala ini tidak diperbolehkan mengonsumsi alkohol sama sekali.

4. Sakit kepala sinus
Sakit kepala sinus disebabkan oleh reaksi alergi atau menandai gejala infeksi sinus. Orang yang memiliki penyakit sinusitis atau alergi musim tertentu lebih rentan mengembangkan jenis sakit kepala ini.

Sakit kepala ini biasanya kerap keliru dengan migrain. Padahal sakitnya jelas terasa di seputar sinus dan muka. Dokter biasanya meresepkan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi, menipiskan tumpukan lendir, dan menyebabkan tekanan sinus.

5. Sakit kepala hormon
Wanita hamil, menstruasi, atau sedang KB mengalami lonjakan hormon estrogen yang bisa berefek pada sakit kepala. (Foto: Istockphoto/hedgehog94)

Sakit kepala yang umumnya menyerang wanita ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon, seperti menstruasi, mengonsumsi pil KB, dan kehamilan.
Semuanya berkontribusi meningkatkan estrogen yang mengakibatkan sakit kepala. Sakit kepala hormonal ini biasanya terjadi selama siklus menstruasi.

Sekitar 60 persen perempuan yang sering mengalami migrain berisiko mengalami sakit kepala saat menstruasi.
Untuk mencegah gejalanya yang mengganggu, Anda disarankan melakukan relaksasi, yoga, akupunktur, dan menjaga pola makan sehat.

6. Sakit kepala kafein
Banyak orang mengandalkan kafein untuk meningkatkan energi dan mencegah kantuk. Tapi terlalu banyak mengonsumsi kafein dapat menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan sakit kepala.

Orang yang memiliki riwayat migrain akan cenderung mudah sakit kepala jika terlalu banyak kafein seperti kopi atau teh dalam tubuhnya.
Karenanya, jaga asupan kafein Anda pada batasan yang cukup atau bila perlu berhenti sepenuhnya agar sakit kepala tak kembali menyerang.

7. Sakit kepala bagian belakang
Orang yang melakukan aktivitas fisik terlalu berat juga bisa mengalami sakit kepala di bagian belakang. Segera hentikan segala aktivitas pemicunya dan beristirahatlah sejenak untuk mengurangi sakit. (Foto: Pixabay/bycfotografem)
Sakit kepala bagian belakang bisa dengan cepat terjadi setelah melakukan aktivitas fisik yang berat, seperti mengangkat beban, berlari, hingga berhubungan seksual. 

Dehidrasi, kurang tidur, hipertensi dan mengonsumsi cokelat, alkohol, kafein juga dapat memicu sakit kepala ini.
Sakit kepala akibat aktivitas yang berat disebabkan peningkatan aliran darah ke tengkorak, otot menegang, dan mungkin saja tak sengaja melakukan postur tubuh yang salah. Kondisi ini kemudian menyebabkan sakit kepala berdenyut di kedua sisi kepala.

Sakit kepala jenis ini tidak akan berlangsung lama dan akan mereda dalam hitungan menit atau jam asalkan Anda segera berhenti dan beristirahat, hirup udara segar, dan minum air putih yang cukup.

8. Sakit kepala hipertensi
Saat tekanan darah terlalu tinggi dapat menyebabkan seseorang sakit kepala. Sakit kepala hipertensi terasa berdenyut dan terjadi di kedua sisi kepala.

Sakit kepala akibat tensi yang tinggi biasanya terasa semakin menyiksa jika diselingi melakukan aktivitas lainnya.
Gejala lain yang mungkin dirasakan yakni pandangan kabur, mati rasa atau kesemutan, mimisan, nyeri dada, atau sesak napas.

Jika Anda merasa mengalami sakit kepala akibat hipertensi, segera mencari pertolongan medis sebab ini menandakan kondisi yang serius.
Sakit kepala biasanya bisa menghilang segera setelah tensi kembali normal serta bisa sembuh selama tekanan darah terkontrol dengan baik.

9. Sakit kepala hipnik
Orang paruh baya rentan mengalami sakit kepala hipnik. Gejala nyerinya sering dirasakan ketika tidur di malam hari. (Foto: Istockphoto/demaerre)

Sakit kepala hipnik adalah kondisi langka yang biasanya dialami oleh orang berusia 50-an. Ini dikenal sebagai sakit kepala 'alarm' karena kerap membangunkan penderitanya di malam hari.
Sakit kepala hipnik ditandai dengan nyeri berdenyut berintensitas ringan hingga sedang yang biasanya dirasakan di kedua sisi kepala. Nyerinya bisa bertahan hingga 3 jam.

Gejala lainnya meliputi mual dan peningkatan sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Belum diketahui pasti penyebab dan pemicu pemicu sakit kepala ini.

Meskipun tidak berbahaya, orang tua yang mengalami sakit kepala hipnik harus memeriksakannya ke dokter agar mendapat diagnosis dan perawatan yang tepat.
Opsi pengobatan sementara yang bisa dilakukan yakni minum cangkir kopi sebelum tidur.

10. Sakit kepala pascatrauma
Orang yang pernah mengalami benturan atau cedera kepala bisa merasakan sakit kepala yang menyerupai migrain. (Foto: Istockphoto/razerbird)

Jenis sakit kepala ini dapat terjadi apabila seseorang usai mengalami cedera pada kepala. Gejala yang dirasakan yakni tegang, menyerupai migrain dan biasanya bertahan 6 hingga 12 bulan setelah cedera.
Kemudian insomnia, sulit berkonsentrasi, gangguan ingatan, sensitif terhadap cahaya dan suara, depresi, dan mudah gugup.

Sakit kepala pascatrauma terjadi karena ketegangan otot yang berlangsung selama cedera. Kemungkinan penyebab lain yakni pembuluh darah yang menyempit, sehingga menyumbat darah untuk mengalir ke kepala. 

Itulah 10 jenis sakit kepala berdasarkan penyebabnya. Secara umum, dalam banyak kasus sakit kepala akan hilang dalam 48 jam.

Namun jika sakit kepala Anda memiliki ciri berikut: berlangsung lebih dari dua hari dan intensitasnya meningkat, sakit tak kunjung mereda meski sudah mengonsumsi obat pereda nyeri, mengalami sakit kepala lebih dari 15 hari dalam sebulan, segeralah periksa ke dokter untuk mencari tahu kemungkinan medis lain yang sedang dialami.
Bisa jadi sakit kepala dapat menjadi gejala kondisi kesehatan yang lebih serius.

Delapan Jenis Sakit Kepala Terus-menerus
Sakit kepala terus-menerus atau kronis, juga bisa disebut sebagai sakit kepala berkepanjangan. Kondisi ini ditandai dengan sakit kepala yang berlangsung minimal 15 hari dalam satu bulan, yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut.

Berdasarkan penyebabnya, sakit kepala kronis dikelompokkan menjadi dua, yaitu sakit kepala kronis primer, yaitu sakit kepala murni tanpa adanya penyakit dasar lain yang memicu sakit kepala, dan sakit kepala kronis non-primer, yaitu sakit kepala kronis yang disebabkan atau dipicu dari penyakit lain.
Mengenali Gejala yang Timbul

Banyak kasus sakit kepala kronis primer yang tidak diketahui penyebabnya. Namun, sakit kepala kronis non-primer, memiliki beberapa kemungkinan penyebab, antara lain infeksi, peradangan atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, cedera dan gangguan tekanan pada otak.

Beberapa jenis sakit kepala terus-menerus yang umum dikeluhkan, antara lain :
Sakit kepala tegang kronis
Sakit kepala jenis ini ditandai dengan gejala rasa sakit yang menekan pada dua sisi kepala. Intensitasnya mulai dari ringan hingga menengah. Sakit kepala tegang yang terjadi secara kronis dapat terjadi tanpa pemicu aktivitas fisik. Sebagian orang mengalami peningkatan sensitivitas di kepalanya ketika disentuh.

Migren kronis
Migrain jenis ini umumnya terjadi pada seseorang yang pernah mengalami migrain sebelumnya. Dapat dikenali dengan gejala berupa sakit kepala pada satu atau dua sisi kepala, sensasi berdenyut, dan kemungkinan menyebabkan rasa sakit menengah sampai sakit luar biasa. Migrain kronis dapat dipicu oleh aktivitas fisik rutin. Kondisi ini juga mungkin diiringi dengan mual, muntah, dan sensitif terhadap suara serta cahaya.

Sakit kepala yang baru timbul dan terjadi terus-menerus
Sakit kepala jenis ini biasa muncul mendadak. Dengan gejala sakit kepala yang menekan atau kepala terasa mengencang. Rasa sakitnya mulai dari ringan hingga menengah, tanpa dipengaruhi oleh aktivitas tertentu. Umumnya terjadi selama tiga hari berturut-turut pada serangan pertama.

Hemicrania continua
Ditandai dengan sakit kepala di salah satu sisi kepala, tiap hari secara terus-menerus dengan intensitas yang naik turun. Bisa diiringi dengan gejala mata berair atau merah pada sisi yang terasa sakit, hidung tersumbat atau berair, menurunnya kelopak mata atau pembesaran pupil mata dan merasa lelah. Sakit kepala ini biasanya akan menjadi lebih parah, dengan munculnya gejala-gejala mirip migrain.

Sakit kepala berulang (rebound headaches)
Sakit kepala ini merupakan akibat dari penggunaan obat pereda nyeri berlebihan. Penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka waktu lama ataupun obat ergotamine untuk mengobati migrain yang dihentikan tiba-tiba, kemungkinan akan memicu sakit kepala rebound.

Sakit kepala akibat peningkatan tekanan intrakranial (di dalam rongga kepala)
Dapat dipicu oleh tumor otak, kista atau volume cairan otak yang meningkat sehingga tekanan di kepala meningkat. Gejalanya berupa sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba, parah serta diiringi gejala gangguan saraf lain seperti muntah, kejang-kejang dan gangguan penglihatan. Namun sering kali diawali dengan sakit kepala konstan selama beberapa waktu pada saat tekanan di dalam rongga kepala meningkat secara bertahap sebelum akhirnya menimbulkan gejala-gejala di atas.

Sindrom pascatrauma.
Sakit kepala terus-menerus kemungkinan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama setelah trauma kepala.

Sakit kepala akibat usia lanjut
Umumnya dialami pasien di atas usia 60 tahun, yang dipicu oleh tekanan bola mata yang meningkat atau disebut glaukoma, baru sembuh dari infeksi herpes, penyakit pembuluh darah seperti arteritis sel raksasa atau alasan psikologis.

Apa yang Harus Dilakukan?
Sebagaimana mengatasi sakit kepala sebelah kiri, sakit kepala sebelah kanan dan sakit kepala bagian belakang, untuk mengatasi sakit kepala terus-menerus, perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Hal itu diperlukan untuk menentukan pemicu sakit kepala, apakah karena gangguan saraf atau infeksi. Anda juga akan dimintai penjelasan mengenai riwayat sakit kepala yang dirasakan. Jika penyebabnya belum jelas, dokter dapat melakukan CT-scan atau MRI.

Kemungkinan dokter Anda perlu bekerjasama dengan spesialis, seperti neurolog atau psikiater, untuk menemukan penyebabnya dan menegakkan diagnosis. Pada sebagian kasus, terdapat kemungkinan sakit kepala konstan membutuhkan pengobatan jangka panjang.

Yang juga perlu diperhatikan adalah para penderita sakit kepala terus-menerus juga berisiko mengalami gangguan lain. Misalnya kecemasan, gangguan tidur, depresi, serta gangguan fisik dan psikologis lainnya.
Jangan remehkan sakit kepala terus-menerus yang Anda alami. Segera konsultasikan dengan dokter jika sakit kepala yang Anda alami tidak segera mereda.

Sumber:
cnnindonesia.com, alodokter.com
Share:

Search This Blog

Categories

Blog Archive

Visitors

Flag Counter

Blog Archive