Berbagilah Dengan Sesama Tanpa Mengharapkan Apapun

Showing posts with label Health. Show all posts
Showing posts with label Health. Show all posts

Saturday, February 6, 2021

Ciri Nyeri Dada yang Mengarah pada Gejala Penyakit Jantung Koroner

Nyeri dada, kita pasti pernah mengalami. Jika tiba-tiba dada terasa nyeri, muncul kekhawatiran akan penyakit berbahaya bukan?
Kemunculan nyeri dada tidak selalu berarti gejala penyakit jantung koroner. Pada kenyatannya, nyeri dada bisa disebabkan oleh banyak hal.

Melansir Health Line, nyeri dada yang sama sekali tidak terkait dengan jantung dapat disebabkan oleh organ-organ dada seperti otot dada, tulang dada, selaput paru, dan paru-paru dipaksa bergerak secara berlebihan.

Perasaan cemas dan gangguan depresi juga dapat membuat dada seseorang terasa tertekan.
Meski demikian, timbulnya nyeri dada tetap saja perlu diwaspadai siapa saja kerena bisa mengarah pada tanda-tanda penyakit jantung koroner.

Lantas, bagaimana ciri-ciri nyeri dada yang mengarah pada gejala penyakit jantung koroner?
Merangkum Mayo Clinic, pada dasarnya, nyeri di dada dapat dicurigai sebagai gejala penyakit jantung koroner jika penderitanya memiliki faktor risiko penyakit mematikan ini.

Beberapa faktor risiko tersebut, di antaranya berupa kolesterol, gula darah, hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan merokok.
Jika penderita nyeri dada terbukti tidak memiliki faktor risiko itu, maka nyeri dada yang dialami kecil kemungkinan terkait dengan nyeri dada pada kasus jantung koroner.

Selain itu, nyeri dada pada penyakit jantung koroner biasanya akan terasa sakit di sebelah dada kiri yang menyebar ke tangan, leher, dan tengkuk.

Rasa nyerinya seperti ditindih. Penyakit jantung koroner yang terjadi akibat penyumbatan lemak dan kolesterol tidak terkontrol akan meyebabkan darah yang mengalir ke jantung tidak selancar sebelumnya atau tidak seperti pada kondisi normal, sehingga ketika melakukan aktifitas berat akan terasa nyeri di dada.

Jika penyumbatan masih dalam tahap awal, nyeri dada bisa reda dengan istirahat. Tapi, jika penyumbatan ini tetap dibiarkan, seiring berjalannya waktu bisa menyebabkan nyeri dada meski hanya sedang melakukan aktivitas biasa.
Ketika penyumbatan pembuluh darah arteri yang berbentuk plak atau kerak pecah, akan terjadi serangan jantung.

Serangan jantung memiliki rasa nyeri dada dengan sifat nyeri yang sama pada penyakit jantung koroner.
Hanya, serangan jantung ini bisa juga menyebabkan rasa ingin muntah, dada sebelah kiri sangat berat dan kaku, serta tidak terkait dengan aktifitas fisik.

Menjaga pola hidup dan pola makan yang sehat adalah kunci utama untuk terhindar dari nyeri dada yang terkait dengan penyakit jantung koroner.

Namun, apabila punya riwayat nyeri, akan lebih baik bagi siapa saja untuk segera memeriksakan diri ke dokter terkait nyeri dada yang dialami


Share:

5 Penyebab Nyeri Dada Selain Serangan Jantung

Umumnya nyeri dada jadi salah satu tanda serangan jantung. Tapi memang bukan indikator satu-satunya. Karena itu perawatan darurat perlu segera dilakukan ketika nyeri dada diikuti tanda lain.

Melansir Harvard Health Publishing, Anda musti mendapatkan perawatan darurat nyeri dada saat timbul gejala lain seperti, sensasi tekanan yang tidak nyaman, sesak napas, timbul sensasi terbakar, mual atau muntah mendadak, sakit kepala, rasa lelah yang tidak biasa, keringat dingin juga salah satu atau kedua lengan tiba-tiba berat dan lemah.

Nyeri pada dada bukan seperti pegal pada lutut atau punggung bawah. Kondisi ini tak bisa dianggap sepele dan karena itu perlu diagnosis segera oleh dokter.
Tak hanya serangan jantung, nyeri dada juga jadi gejala penyakit lain yang kerap tidak disadari.

1. Penyakit asam lambung (GERD)
Nyeri dada bisa berhubungan dengan penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Melansir dari Healthline, American College of Gastroenterology (ACG) menyebut nyeri dada seperti ini sebagai noncardiac chest pain (NCCP).

Dalam beberapa kasus, nyeri dada akibat GERD biasanya mempengaruhi tubuh bagian atas. Namun rasa sakit kerap berpusat di belakang tulang dada Anda atau tepatnya di area bernama epigastrium.
NCCP kadang disertai dengan rasa terbakar di belakang tulang dada dan mungkin tidak terlalu terasa di di lengan kiri.

Refluks asam lambung mengakibatkan kerusakan dalam kerongkongan. Kemudian terjadi esophageal spasm (kejang esofagus) atau pengetatan otot-otot di sekitar tabung makanan. Kejang esofagus bisa mengakibatkan rasa sakit di tenggorokan dan bagian atas dada Anda.

2. Maag
Tukak lambung atau maag merupakan kondisi luka pada lambung, usus 12 jari atau pada kerongkongan. Mengutip dari Alodokter, luka pada lambung disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori dan konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid seperti, ibuprofen, diclofenac, atau meloxicam juga konsumsi obat lain seperti, aspirin, kortikosteroid, dan obat antidepresan.
Meski rasa sakit bersumber pada saluran cerna, maag mampu menimbulkan gejala nyeri dada atau sensasi terbakar. Ini pun dibarengi dengan perut kembung, mual, dan muntah berisi cairan asam lambung.

3. Pneumonia
Melansir dari NHS Inform, saat Anda merasakan nyeri dada yang makin memburuk saat menghirup dan menghembuskan napas, ini kemungkinan ada masalah pada paru-paru atau jaringan sekitar paru-paru. Besar kemungkinan ini gejala pneumonia.

Gejala nyeri dada pun kerap diikuti dengan batuk dan sesak napas.
Pneumonia merupakan radang pada paru-paru yang biasanya disebabkan infeksi. Jika mengalami pneumonia, ada gejala-gejala lain yang biasa mengikuti diantaranya, batuk (biasanya batuk berdahak), demam, banyak berkeringat, napas pendek, mual atau muntah dan sakit kepala.

4. Serangan panik
Sebagian kasus nyeri dada jadi bagian dari kecemasan atau serangan panik (panic attack). Perasaan cemas luar biasa juga bisa mengakibatkan jantung berdebar, berkeringat, sesak napas dan pusing.
Sebagian besar serangan panik berlangsung selama 5-20 menit. Dalam jangka panjang, sebaiknya Anda mengunjungi psikolog atau layanan kesehatan jiwa.

5. Otot tegang
Nyeri dada bisa pula berhubungan dengan masalah otot dan tulang. Saat dada terasa sakit saat disentuh, biasanya ini disebabkan otot dada yang tegang. Dengan istirahat, otot akan rileks dan rasa sakit pun reda.

Akan tetapi jika Anda mengalami rasa sakit, bengkak dan nyeri di sekitar tulang rusuk, kemudian rasa sakit makin parah saat berbaring, menarik napas dalam-dalam, batuk dan bersin, berarti Anda memiliki kondisi yang disebut costochondritis.

Mengutip dari NHS Inform, costochondritis disebabkan oleh peradangan pada persendian antara tulang rawan yang menyambungkan tulang rusuk ke tulang dada (sternum). Sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter untuk memperoleh terapi pengobatan.
Share:

15 Penyebab Nyeri Dada yang Harus Diwaspadai

Penyebab nyeri dada bisa datang dari berbagai faktor bukan hanya karena sakit jantung. Penyebab dada sakit dan terasa nyeri tak boleh diabaikan.
Dada terasa nyeri tentu bisa membuat Anda tidak nyaman bahkan mengganggu aktivitas yang tengah dilakukan. Kondisi ini juga dapat menjadi tanda adanya masalah pada jantung, pernapasan, pencernaan, tulang dan otot, bahkan kesehatan mental.

Ketika mengalami dada sakit atau nyeri dada sebelah kanan maupun kiri, Anda perlu menganggapnya serius. Sebab bisa saja hal tersebut disebabkan oleh kondisi medis yang berbahaya. Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan akan mengancam nyawa.

Penyebab nyeri dada
Nyeri dada bisa berlangsung selama beberapa menit atau untuk waktu yang lama. Kondisi ini juga dapat disertai oleh gejala lain. Adapun beberapa penyebab dada terasa nyeri yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Serangan jantung
Serangan jantung terjadi ketika adanya penyumbatan pada salah satu arteri atau lebih yang memasok darah ke jantung sehingga menyebabkan kematian sel-sel otot jantung. Meski mirip dengan nyeri dada angina, namun serangan jantung biasanya lebih parah. Pada kondisi ini, pengidap serangan jantung akan merasakan nyeri dada sebelah kiri atau tengah dan tak hilang meski telah beristirahat. Selain itu, Anda juga bisa mengalami mual, sesak napas, lemah, berkeringat dingin, dan denyut nadi cepat atau tak teratur.

2. Angina
Angina terjadi ketika suplai darah yang mengalir ke otot jantung berkurang. Hal ini menyebabkan dada terasa nyeri dan tertekan, seperti jantung tengah terjepit. Selain itu, Anda juga dapat merasakan nyeri di area lain pada bagian atas tubuh dan pusing. Lain halnya dengan serangan jantung, angina tidak menimbulkan kerusakan permanen pada jaringan jantung dan umumnya dapat hilang setelah beristirahat.

3. Miokarditis
Miokarditis terjadi karena peradangan otot jantung yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Kondisi ini menyebabkan nyeri dada ringan atau sensasi ditekan. Selain itu, Anda juga dapat merasakan sesak napas, pembengkakan di kaki, demam, kelelahan, dan jantung yang berdebar kencang.

4. Perikarditis
Perikarditis terjadi ketika kantong tipis yang mengelilingi jantung mengalami peradangan karena infeksi virus atau bakteri. Kondisi ini menyebabkan dada terasa nyeri yang tajam di bagian tengah atau kiri, bahkan terkadang menjalar ke punggung. Sakit juga bisa terasa lebih buruk ketika bernapas, menelan makanan atau berbaring terlentang. Anda mungkin merasakan gejala lain, seperti kelelahan, sakit otot, dan demam ringan.

5. Prolaps katup mitral
Prolaps katup mitral merupakan suatu kondisi di mana katup jantung gagal menutup dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan dada terasa nyeri, jantung berdebar, dan pusing. Akan tetapi, pada kasus yang ringan Anda mungkin tak merasakan gejala apa pun.

6. Emboli paru
Emboli paru merupakan gumpalan darah yang masuk ke dalam arteri di salah satu paru-paru. Rasa nyeri dan sesak di dada akibat emboli paru muncul secara bertahap atau tiba-tiba dan mirip dengan serangan jantung. Kondisi ini bisa terasa semakin parah ketika melakukan aktivitas fisik. Anda juga bisa mengalami gejala lain, seperti sesak napas, pembengkakan kaki bagian bawah, dan batuk darah yang bercampur lendir.

7. Pneumonia
Pneumonia atau abses paru-paru dapat menyebabkan dada terasa nyeri yang tajam dan menusuk, terutama saat Anda menarik napas. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari flu atau infeksi pernapasan lainnya. Gejala lain yang dapat Anda rasakan, yaitu demam, kedinginan, batuk berdahak atau berdarah.

8. Pleuritis
Pleuritis atau radang selaput dada terjadi ketika lapisan paru-paru dan dada mengalami peradangan atau iritasi. Hal ini bisa menyebabkan Anda merasakan nyeri dada yang tajam saat bernapas, batuk atau bersin. Anda juga bisa mengalami sesak napas, batuk-batuk, dan nyeri yang menyebar ke seluruh tubuh bagian atas.

9. GERD
Dada terasa nyeri juga dapat disebabkan oleh GERD atau kenaikan asam lambung. Nyeri dada yang dihasilkan pun disebut dengan heartburn karena disertai sensasi terbakar yang terasa lebih buruk ketika Anda berbaring. Kondisi ini juga bisa menyebabkan Anda sulit menelan, dan seperti ada yang tersangkut di tenggorokan.

10. Tukak lambung
Tukak lambung merupakan luka di bagian dalam lambung yang terjadi akibat infeksi bakteri atau pengikisan oleh asam lambung. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang yang merokok, minum alkohol atau mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit. Selain dada terasa nyeri, tukak lambung juga bisa menyebabkan perut terasa penuh, kembung, mual, tinja berdarah, hilang nafsu makan, dan berat badan turun secara tiba-tiba.
11. Ketegangan otot dada

Mengangkat sesuatu yang terlalu berat atau tidak mengangkatnya dengan benar bisa menyebabkan Anda mengalami ketegangan otot dada. Dada pun akan terasa nyeri untuk sementara waktu, namun biasanya akan membaik setelah Anda beristirahat. Jika nyeri terasa sangat parah, maka bisa saja otot telah robek sehingga memerlukan pembedahan.

12. Cedera atau patah tulang rusuk
Cedera atau patah tulang rusuk bisa menyebabkan nyeri dada yang cukup hebat setiap kali Anda bernapas, menekuk atau memutar tubuh bagian atas, dan menekan bagian yang sakit. Bahkan area tempat tulang rusuk bergabung dengan tulang dada juga bisa meradang.

13. Serangan kecemasan atau serangan panik
Ketika mengalami serangan kecemasan atau serangan panik, dada akan terasa nyeri menusuk di bagian tengah. Selain itu, Anda juga mungkin mengalami mual, berkeringat dingin, jantung berdebar kencang, pusing, dan sulit bernapas. Akan tetapi, serangan kecemasan dapat terjadi karena dipicu oleh peristiwa yang akan datang, sementara serangan panik terjadi tanpa pemicu yang jelas.

14. Kostokondritis
Adalah kondisi peradangan pada persendian kostokondral atau tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri dada dan gejala lain yang menyerupai serangan jantung.

15. Pankreatitis
Pankreatitis adalah penyakit peradangan yang menyerang pankreas. Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri pada perut yang muncul tiba-tiba dan bisa merambat hingga ke dada dan punggung. Adapun gejala lain yang turut menyertai nyeri dada pada pankreatitis adalah demam, muntah, rasa mual dan denyut nadi yang cepat.

Kapan harus ke dokter jika dada terasa nyeri?
Dikutip dari WebMD, jika dada sakit dan nyeri disertai gejala berikut, maka Anda sebaiknya menghubungi dokter. Berikut gejala yang harus diwaspadai:
  • demam, menggigil, atau batuk mengeluarkan lendir berwarna kuning kehijauan
  • masalah menelan 
  • nyeri dada yang parah dan tak kunjung sembuh
Adapun gejala yang mengharuskan Anda segera ke rumah sakit adalah jika merasakan dada sakit disertai dengan:
  • perasaan tiba-tiba tertekan, sesak atau remuk di bawah tulang dada
  • nyeri yang menyambar ke rahang, lengan kiri, atau punggung
  • sesak napas, terutama setelah tidak aktif dalam waktu yang lama
  • mual pusing, detak jantung cepat atau pernapasan cepat, kebingungan, warna pucat atau keringan berlebih
  • tekanan darah sangat rendah atau detak jantung sangat rendah
Jika dada terasa nyeri tak kunjung hilang setelah Anda beristirahat atau malah semakin memburuk, sebaiknya segera cari bantuan medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan guna menentukan penyebab dan penanganan yang tepat untuk keluhan Anda tersebut. Jangan sampai mengabaikannya karena bisa saja mengancam keselamatan jiwa Anda.
Share:

9 Tanda Penyakit Jantung Selain Nyeri Dada Sebelah Kiri

Penyakit jantung koroner gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (Aterosklerosis)

Penyakit ini ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyimbat aliran darah.
Endapan lemak tersebut terbentuk secara bertahap dan bisa tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung.

Proses pembentukan endapan lemak atau ateroma ini disebut aterosklerosis.
Endapan lemak diketahui bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Apabila terus membesar, bagian dari endapan lemak ini bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan plak tersebut.
Padahal, supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung atau miokardium memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen (O2) dari arteri koroner.

Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, pengurangan pasokan darah atau iskemi pada otot jantung pun bisa terjadi dan menyebabkan kerusakan jantung.
Penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner) lama-kelamaan bisa diikuti oleh berbagai proses, seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, dan termasuk pembekuan darah.

Semua kondisi itu diketahui bisa mempersempit atau menyumbat pembuluh darah jantung.
Penyumbatan ini tak bisa diremehkan karena akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan komplikasi utama dari penyakit arteri koroner, yakni nyeri dada (angina pectoris) dan serangan jantung (infark mikardinal) yang bisa menyebabkan kematian mendadak.

Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni dengan mengetahui ciri-ciri penyakit jantung agar penanganan bisa dilakukan secepat mungkin.

Gejala penyakit jantung
Orang yang menderita penyakit jantung koroner secara umum memang akan menunjukkan gejala nyeri dada sebelah kiri.
Rasa sakit tersebut berasal dari pembuluh koroner yang menyempit atau tersumbat.

Namun sayangnya, penyakit ini tak berwajah tunggal.
Melansir Buku Menaklukkan Pembunuh No. 1: Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat (2010) oleh Dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.(K), FIHA, ada beberapa gejala lain yang bisa dicurigai sebagai ciri penyakit jantung.

Berikut beberapa di antaranya:
1. Sakit dada bisa terjadi hanya di dada bagian tengah
2. Sakit dada di bagian tengah yang menjalar ke leher dan dagu
3. Sakit dada di bagian tengah yang menjalar ke bahu kiri
4. Sakit yang mengenai ulu hati
5. Sakit dada di ulu hati yang menjalar hingga ke leher, dagu, dan kedua lengan
6. Sakit seperti leher tercekik
7. Sakit di bahu kiri dan menjalar ke kedua lengan
8. Sakit di punggung
9. Sesak napas

Rasa tidak enak seperti ditindih beban berat di dada bagian tengah adalah keluhan klasik lain penderita penyempitan pembuluh koroner.
Rasa sakit tersebut dapat menjalar ke lengan kiri atau kanan, bahkan ke rahang dan punggung.
Terkadang, leher juga terasa seperti dicekik.
Rasa sakit ini biasanya berlangsung selama 5-20 menit.
Keluhan itu dapat muncul bersama aktivitas fisik, seperti:

* Menaiki tangga
* Berjalan cepat
* Mengangkat barang

Sebagian orang bahkan bisa merasakan keluhan tersebut pada saat melakukan aktivitas fisik sederhana, seperti:

* Mandi
* Makan
* Menyapu

Rasa sakit itu baru akan mereda jika aktivitas dihentikan atau penderita mengisap obat nitrat yang diletakkan di bawah lidah.
Kondisi yang perlu diwaspadai betul adalah jika rasa sakit di dada muncul mendadak dengan keluarnya keringan dingin dan berlangsung lebih dari 20 menit serta tidak berkurang dengan istirahat.

Kejadian itu bisa jadi pertanda serangan jantung.
Serangan jantung ini terjadi apabila pembuluh koroner jantung tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat total.
Namun, sebagian penderita penyakit jantung tidak juga merasakan keluhan klasik tersebut.

Sesak napas seperti asma, ada penderita penyakit jantung yang mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati yang kemudian diduga sebagai gejala sakit maag.
Sementara, penderita lain bisa jadi akan mengeluhkan rasa lemas atau mengalami pingsan.

Penderita yang kurang beruntung bahkan bisa jadi meregang nyawa saat pertama kali mengalami gejala klinis penyakit jantung.
Melansir Buku Agar Jantung Sehat (2010) oleh Pangkalan Ide, penyakit jantung koroner sayangnya tidak memiliki gejala-gejala yang spesifik.

Gejala penyakit ini bahkan terbilang persis seperti orang masuk angin.
Maka dari itu, penyakit jantung sering disebut juga sebagai sindrom masuk angin atau angin duduk.
Sesak napas juga bisa menjadi ciri penyakit jantung.
Apabila jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, Anda bisa mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga

Share:

7 Penyebab Penyakit Jantung di Usia Muda yang Perlu Kamu Waspadai

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Penyakit ini ditandai dengan gangguan pada jantung seperti gangguan pada irama jantung, katup jantung, pembuluh darah, yang dapat disebabkan karena kebiasaan maupun bawaan sejak lahir. Gejala dari penyakit jantung adalah nyeri di bagian dada, sesak napas, mual, muntah, nyeri pada tubuh bagian atas, mudah lelah, kaki dan tangan terasa dingin, serta perubahan irama denyut jantung.

Penyakit jantung biasanya menyerang orang dengan usia lanjut. Kendati demikian, pada suatu survei yang dilakukan pada tahun 2013, didapatkan fakta bahwa terjadi peningkatan jumlah pasien dengan penyakit jantung pada usia di bawah 45 tahun.

1. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terkena serangan jantung. Ini lantaran asap yang dihasilkan dari pembakaran rokok dapat merusak dinding arteri serta menghasilkan plak yang menyebabkan aliran darah di sepanjang arteri menjadi terhambat. Alhasil, suplai nutrisi serta oksigen ke jantung menjadi terganggu yang kemudian memicu penyakit jantung. Resiko ini tidak hanya mengintai para perokok aktif namun juga para perokok pasif yang sering terpapar asap rokok.

2. Kelebihan berat badan
Pada orang dengan berat badan berlebih, jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memompa darah yang kemudian memicu peningkatan aliran darah. Hal ini kemudian dapat berakibat pada terjadinya hipertensi, yang merupakan akar masalah dalam penyakit jantung.

3. Riwayat penyakit jantung pada anggota keluarga
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung, maka anggota keluarga yang lain juga beresiko terkena penyakit jantung. Tapi jangan khawatir, resiko ini dapat dikurangi dengan penerapan gaya hidup sehat seperti rutin olahraga dan menjaga pola makan. Dan yang terpenting, segera hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

4. Penyakit autoimun
Autoimun dapat menimbulkan peradangan pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah yang ada pada jantung. Peradangan di sekitar pembuluh darah ini kemudian berdampak pada terganggunya fungsi otot jantung dalam aktivitas memompa darah atau yang kemudian dapat dusebut sebagai gagal jantung.

5. Long QT Syndrome
Sindrom ini merupakan suatu penyakit turunan yang memicu terganggunya ritme denyut jantung. Penderita long QT syndrome dapat mengalami peningkatan denyut jantung secara drastis dan mendadak yang menyebabkan penderitanya pingsan bahkan bisa mati mendadak.

6. Struktur jantung abnormal
Sebagian orang dilahirkan dengan struktur jantung yang abnormal atau bisa dikatakan cacat sejak lahir. Hal ini berdampak pada terganggunya fungsi jantung yang tidak dapat menjalankan berbagai tugasnya dengan baik, sehingga memunculkan sejumlah masalah kesehatan. Orang yang terlahir dengan jantung abnormal ini juga dapat memiliki gejala seperti pasien dengan penyakit jantung seperti ritme denyut jantung yang tidak normal, nyeri di bagian dada, sesak napas, dan sebagainya.

7. Commotio cordis
Commotio cordis sebetulnya merupakan penyakit yang terjadi akibat pukulan keras di bagian dada yang dapat menyebabkan vibrasi ventrikel. Vibrasi ventrikel ialah masalah yang terjadi apabila jantung berdetak dengan irama yang sangat cepat dan tidak teratur. Dampaknya, ruang-ruang ventrikel pada jantung yang bertugas memompa darah bergetar dengan irama yang tidak menentu dan mengganggu aktivitas memompa darah.

Nah, sekarang kamu sudah tahu apa saja pemicu terjadinya penyakit jantung pada usia muda. Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah menghindari faktor penyebab penyakit tersebut. Bila perlu, segera konsultasikan dengan dokter untuk penanganan dan pencegahan penyakit jantung.
Share:

4 Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah arteri koroner. Pembuluh darah arteri koroner sendiri merupakan pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah pembawa sari makanan dan oksigen ke otot jantung. Dampak dari tidak lancarnya aliran darah ke otot jantung tersebut yakni bisa mengakibatkan kerusakan otot-otot jantung yang dapat meyebabkan gangguan pompa jantung (gagal jantung) dan bahkan kematian.

Oleh sebab itu, penyakit jantung koroner tidak layak disepelekan. Terlebih lagi, kecenderungan terjadinya penyakit jantung koroner termasuk penyakit kardiovaskuler lainnya, seperti stroke otak, hipertensi, dan penyakit pembuluh darah perifer dilaporkan saat ini bergeser pada usia yang lebih muda, terutama menyerang kelompok usia produktif. Faktor risiko penyakit jantung koroner Melansir NIH, ada banyak faktor risiko penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung koroner pada seseorang akan meningkat seiring dengan jumlah faktor risiko yang dimiliki dan seberapa seriusnya. Berikut ini beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai: 
  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi 
  • Kolesterol tinggi Kebiasaan merokok 
  • Diabetes melitus (kencing manis) 
  • Kegemukan (obesitas) 
  • Genetik (faktor keturunan keluarga) 
  • Kurang olahraga 
  • Konsumsi alkohol berlebihan 
  • Stres karena berbagai sebab 
Beberapa faktor risiko, seperti obesitas, kurang olahraga, konsumsi alkohol berlebih, stres, diabetes, merokok, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup jantung sehat. Sementara, faktor risiko lain, seperti jenis kelamin, usia tua, riwayat keluarga dan genetika, serta ras dan etnis, tidak dapat diubah. 

Tanda dan gejala penyakit jantung koroner 
Mengenal berbagai gejala penyakit jantung koroner kiranya penting sebagai langkah deteksi dini penyakit mematikan ini. Melansir Mayo Clinic, jika pembuluh darah arteri koroner menyempit, sari makanan dan oksigen sulit dialirkan ke jantung, terutama saat jantung berdetak kencang, seperti saat berolahraga.

Pada awalnya, aliran darah yang menurun mungkin tidak akan menimbulkan gejala apapun. Namun, karena plak terus menumpuk di pembuluh darah arteri koroner, seseorang mungkin akan mengalami tanda dan gejala penyakit jantung koroner, sebagai berikut: 

1. Nyeri dada (angina) Penderita mungkin akan merasakan tekanan atau sesak di dada, seolah-olah ada seseorang yang sedang berdiri di atas dada. Nyeri ini disebut angina, biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri dada. Angina pada umumnya dipicu oleh aktivitas fisik, seperti olahraga maupun stres emosional. Rasa sakit biasanya akan hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas maupun tidak lagi stres. Pada beberapa orang, terutama wanita, rasa sakit mungkin singkat atau tajam dan terasa di leher, lengan atau punggung. Sementara, pada penderita berusia lanjut lebih dari 65 tahun dan penderita kencing manis, keluhan nyeri dada ini sering kali tidak jelas atau biasanya tersamarkan, seperti masuk angina. 

2. Sesak napas Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, termasuk paru-paru, bisa saja menimbulkan sesak napas atau kelelahan ekstrem saat beraktivitas. Bukan itu saja, banyaknya cairan yang terdapat pada paru-paru bisa jadi akan membuat sesak napas semakin parah, terlebih bila terjadi bersamaan dengan nyeri dada. 

3. Serangan jantung Pembuluh darah arteri koroner yang tersumbat sepenuhnya akan menyebabkan serangan jantung. Tanda dan gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan di dada dan nyeri di bahu atau lengan, terkadang disertai sesak napas dan keringat dingin.
Wanita agak lebih cenderung memiliki tanda dan gejala serangan jantung yang kurang khas dibandingkan pria, seperti nyeri leher atau rahang. Selain itu, mereka mungkin memiliki gejala lain seperti sesak napas, kelelahan, dan mual. 

4. Mual dan muntah Saat pembuluh darah arteri koroner tersumbat, secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen dan memang bisa pula menyebabkan iskemia. Iskemia adalah kondisi yang memicu terjadinya keringat secara berlebih, tubuh lemaj, serta mual dan muntah. Sementara itu, pada penderita diabetes, sesuai penelitian dari MiDAs di Milan Italia pada 2006, hampir 52 persen penderita penyakit jantung koroner tidak mengalami keluhan nyeri dada atau sering disebut silent ischemia. Meski demikian, deteksi awal dan penanganan cepat saat terjadinya serangan jantung akan memberikan manfaat pencegahan dari bahaya kematian dan kegagalan pompa jantung di kemudian hari. Merangkum Medical News Today, untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner, siapa saja memerlukan beberapa tahap pemeriksaan. 
Pertama, berkonsultasilah ke dokter spesialis jantung untuk mengetahui adanya keluhan dini penyakit jantung koroner, hipertensi, dan kelainan irama atau debar jantung dengan pemeriksaan Electrocardiogram (ECG). 
Kedua, pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan faktor risiko, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol darah, fungsi ginjal, asam urat, dan faktor risiko lainnya. Ketiga, melakukan treadmill test atau yang saat ini lebih akurat lagi, yaitu pemeriksaan MS–CT Cardiac 64 Slice (scanning jantung ). Tapi, diagnostik yang paling akurat adalah melakukan kateterisasi jantung koroner.
Share:

9 Gejala Penyakit Jantung yang Harus Diwaspadai

Penyakit jantung dianggap sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian. Misalnya saja pada penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bisa menimbulkan serangan jantung mendadak yang berujung kematian.

Serangan jantung terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju jantung, sehingga suplai oksigen dan nutrisi di otot jantung dan jaringan di sekitar jantung berkurang. Tak seperti otot tubuh lainnya, otot jantung sayangnya tidak memiliki kemampuan beregenerasi. Apabila terdapat sedikit saja kerusakan, maka akan berakibat fatal bagi tubuh. Semakin lama serangan jantung terjadi, maka kian banyak pula kerusakan di organ jantung. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala penyakit jantung, sehingga dapat memberikan atau menerima pertolongan dengan segera. 

Beberapa orang bahkan sangat perlu memahami ciri-ciri penyakit jantung karena memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti: 
  • Mengalami kegemukan atau obesitas 
  • Memiliki riwayat diabetes 
  • Pengidap kolesterol tinggi 
  • Memiliki riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi 
  • Berusia lebih dari 60 tahun 
Gejala penyakit jantung pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung jenis penyakitnya. Ada yang menunjukkan tanda penyakit jantung yang khas, tapi sebagian lainnya tidak menunjukkan gejala penyakit jantung yang jelas.

Oleh sebab itu, penderita bisa saja baru menyadari bahwa dirinya terkena penyakit jantung ketika kondisinya sudah parah. Bahkan, tidak jarang dari mereka pada akhirnya meregang nyawa karena keterlembatan dalam memperoleh penanangan. Berikut ini adalah ragam gejala penyakit jantung yang perlu diwaspadai: 
1. Timbul rasa nyeri dada (angina pectoris)
Melansir Buku Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner Kandas (2014) oleh Risa Hermawati dan Haris Asri Candra Dewi, rasa nyeri di dada adalah salah satu gejala penyakit jantung. Rasa nyeri ini timbul karena otot jantung tidak mendapatkan cukup suplai darah, sehingga kekurangan oksigan (O2).

Rasa nyeri di dada dapat muncul dan menjalar di beberapa bagian tubuh, seperti leher, bahu, dada, dan lengan. Intensitas timbulnya rasa nyeri cukup bervariasi karena berhubungan dengan aktivitas atau emosi. Rasa nyeri yang timbul bisa stabil atau tidak stabil. Untuk rasa nyeri yang stabil biasanya berlangsung dengan durasi 30 detik hingga beberapa menit. Rasa nyeri akibat penyakit jantung biasanya akan hilang apabila penderita beristirahat, menenangkan diri, atau mengonsumsi obat-obatan. Rasa nyeri yang tidak stabil biasanya bertahan atau tidak segera menghilang meskipun penderitanya beristirahat atau menenangkan diri. Tak jarang, rasa nyeri ini juga disertai dengan keringat dingin, lemas, dan bahkan pingsan. 
Berikut ini pemaparan spesifikasi rasa nyeri yang terjadi di bagian tubuh tertentu sebagai pertanda gejala penyakit jantung: 
  • Nyeri di antara dua tulang belikat 
  • Rasa nyeri di perut bagian atas, seringkali kondisi ini disangka sebagai gangguan pencernaan 
  • Rasa nyeri di seluruh dada bagian atas, di daerah yang lebih luas bagian tengah dada dan terpusat di bagian bawah tulang dada 
  • Rasa nyeri di leher bagian tengah hingga bawah sampai di kedua sisi leher R
  • asa nyeri terjadi di rahang, leher, dan dada 
  • Rasa nyeri di dada bagian tengah, bahu, dan lengan bagian dalam. 
  • Nyeri di bahu dan lengan sebelah kiri pada umumnya jauh lebih sering dibandingkan bagian kanan Lengan kanan bagian dalam, mulai ketiak sampai bagian bawah siku, lengan kiri bagian dalam sampai pergelangan, dan gangguan di bahu 
2. Sesak napas (dyspnea)
Rasa nyeri dan tidak nyaman di dada sebagai gejala penyakit jantung biasanya disertai dengan sesak napas. Sesak napas terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk mendapatkan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) karena masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru. Masyarakat yang awam terhadap gejala penyakit jantung pada umumnya menyamakan sesak napas dengan gangguan paru-paru. Tapi, hal tersebut tidak selalu benar karena berdasarkan laporan, 75 persen penyebab dari sesak napas berasal dari jantung. Ini berarti hanya 25 persen sesak napas yang disebabkan oleh gangguan paru-paru. Dengan begitu, sangat baik jika Anda segera pergi ke dokter ketika mengalami sesak napas. Dokter mungkin akan membantu memastikan penyebab sesak napas yang diderita.

3. Keanehan pada irama denyut jantung 
Jika irama denyut jantung tidak teratur dan aneh, perlu diwaspadai sebagai gejala penyakit jantung yang dapat berakibat fatal. Ketidakteraturan denyut jantung pada penyakit jantung disebabkan oleh penebalan otot di katup jantung, sehingga katup jantung mengalami penyempitan dan berakibat pada kebocoran jantung.

4. Pusing 
Jangan salah, pusing rupanya juga bisa menjadi gejala penyakit jantung yang perlu diwaspadai. Rasa pusing pada penyakit jantung muncul sebagai akibat menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah, sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi terganggu. 

5. Rasa lelah berkepanjangan
Sering mengalami kelelahan yang luar biasa dan berkepanjangan padahal tidak habis melakukan pekerjaan yang berat dapat menjadi salah satu gejala penyakit jantung. Gejala ini dapat muncul sebulan lebih awal dari serangan jantung dan biasanya disertai dengan sulit tidur, sulit bernapas, dan gangguan pencernaan. Apabila segera disadari, jangka waktu satu bulan dapat dimanfaatkan untuk melakukan upaya pencegahan sebelum serangan jantung benar-benar terjadi.

6. Sakit perut, mual, dan muntah
Kebanyakan penderita penyakit jantung mengalami sakit perut, mual, muntah, dan bahkan disertai dengan gangguan selera makan. Kondisi ini dapat terjadi akibat adanya pembengkakak di perut. Biasanya gejala sakit perut, mual, dan mutah disalahartikan sebagai masuk angin, sehingga tindakan pengobatan yang dilakukan tidak tepat sasaran. 

7. Batuk-batuk 
Melansir Buku Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol (2002) oleh Drs. Sudjaswadi Wiryowidagdo & M. Sitanggang, batuk-batuk juga bisa menjadi gejala penyakit jantung. Batuk pada dasarnya adalah tindakan refleks naluriah atau mekanisme kerja tubuh untuk mengusir benda asing yang dapat mengiritasi saluran pernapasan. Bahkan, produksi lendir (ketika batuk) merupakan sebuah mekanisme perlindungan yang digunakan untuk tujuan yang sama. Namun, batuk yang keras dan terus-menerus bisa disebabkan karena penyakit tertentu dan tidak boleh dianggap remeh.
Batuk kronis ini pada umumnya menjadi sebuah indikasi adanya infeksi saluran pernafasan. Tapi pada kenyatannya, hal itu mungkin juga memiliki kaitan dengan penyakit jantung. Jantung adalah organ pemompa yang memasok darah terdeoksigenasi ke paru-paru, yang kemudian dibawa pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Jika kemampuan memompa jantung terganggu atau terserang penyakit, hal ini akan menimbulkan kongesti paru. Cairan di dalam paru-paru dan jantung dapat menimbulkan gejala seperti batuk, sesak napas atau tersengal-sengal. 

8. Pingsan (syncope) 
Penderita syncope bisa sampai kehilangan kesadaran. Ditinjau dari etimolog, penyakit syncope bisa disebabkan oleh gangguan detak jantung, gangguan dinding jantung, dan tekanan darah tinggi, sehingga detak jantung menjadi tidak berirama atau beraturan. 

9. Mendengkur 
Melansir Buku Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan (2014)oleh Nutrifood Research Center, mendengkur saat tidur bisa jadi prediksi terjadinya serangan jantung. Maka dari itu, apabila pasangan atau ada anggota keluarga yang mendengkur saat tidur, Anda lebih baik mengawasinya dulu daripada langsung dibangungkan dan menyuruhnya pindah tempat tidur. Dengkuran yang melibatkan terputusnya napas saat tidur atau kondisi yang dinamakan Obstructive Sleep Apnea (OSA), pasalnya dapat berakibat buruk bagi tubuh. Sleep apnea dapat membuat seseorang terkena penyakit jantung dan stroke dalam waktu yang lama. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang terkena speep apnea memiliki kenaikan risiko terkana serangan jantung lebih tinggi 40 persen dibanding dengan orang yang tidurnya nyenyak atau tanpa mendengkur.

Faktor risiko sleep apnea Salah satu faktor risiko sleep apnea adalah berat badan dan orang-orang yang kegemukan sering mengalami sleep apnea saat tidur. Berita baiknya, menurunkan berat badan adalah strategi yang tepat untuk mengurangi mendengkur, sekaligus menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta risiko terkana diabetes mellitus. Namun, orang yang tidak mengalami sleep apnea saat tidur mendengkur belum tentu juga terbebas dari bahaya kesehatan. Sebuah studi mengungkap bahwa dengkuran tanpa sleep apnea pun ternyata berhubungan dengan penebalan pembuluh nadi di leher (carotid artery). Dalam jangka waktu panjang, gejala ini dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, yang kemudian berkembang menjadi berbagai penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Meski belum banyak studi yang menunjukkan hasil serupa, bukan berarti Anda akan mengabaikan saja dengkuran pasangan atau anggota keluarga lainnya, bukan? Jika orang yang mendengkur mengalami kegemukan, dukunglah mereka untuk bisa menurunkan berat badan hingga ideal. Ajak juga mereka untuk berkonsultasi dengan dokter apabila dengkurannya sudah mengganggu tidurnya.

Share:

10 Gejala Penyakit Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Setiap orang normalnya mempunyai dua buah ginjal. Masing-masing ginjal tersebut mengandung sekitar satu juta nefron atau gelung halus pembuluh darah yang berfungsi sebagai filter (saringan) darah. Oleh karena itu, apabila ginjal mengalami masalah kesehatan, beragam komplikasi dapat terjadi, seperti penumpukan limbah dan racun, anemia, hingga gangguan elektrolit.

Penyakit ginjal akan terjadi ketika ginjal rusak dan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kerusakan dapat disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan berbagai kondisi kronis lainnya. Penyakit ginjal dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, termasuk tulang lemah, kerusakan sarah, hingga kekurangan gizi. 

Jenis-jenis penyakit ginjal dan penyebabnya 
Melansir Health Line, ada beragam bentuk atau jenis penyakit ginjal yang perlu diwaspadai. Berikut ini penjelasannya: 
1. Penyakit ginjal kronis 
Bentuk penyakit ginjal yang paling umum adalah penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis adalah kondisi jangka panjang yang tidak membaik seiring berjalannya waktu. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Baca juga: Bagaimana Darah Tinggi Bisa Sebabkan Gagal Ginjal? Tekanan darah tinggi berbahaya bagi ginjal karena dapat meningkatkan tekanan pada glomeruli. Glomeruli adalah pembuluh darah kecil di ginjal tempat darah dibersihkan. Seiring waktu, peningkatan tekanan merusak pembuluh darah ini dan fungsi ginjal mulai menurun. Fungsi ginjal pada akhirnya akan memburuk sampai pada titik dimana ginjal tidak dapat lagi melakukan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini, seseorang perlu menjalani dialisis. Dialisis menyaring cairan ekstra dan limbah keluar dari darah. Dialisis dapat membantu mengobati penyakit ginjal tetapi tidak dapat menyembuhkannya. Transplantasi ginjal mungkin merupakan pilihan pengobatan lain tergantung pada keadaan penderita.

Diabetes juga merupakan penyebab utama penyakit ginjal kronis. Diabetes adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan gula darah tinggi. Peningkatan kadar gula dalam darah merusak pembuluh darah di ginjal dari waktu ke waktu. Artinya, ginjal tidak lagi dapat membersihkan darah dengan baik. Gagal ginjal dapat terjadi ketika tubuh dipenuhi oleh racun. 

2. Batu ginjal 
Batu ginjal adalah masalah ginjal umum lainnya. Penyakit ini terjadi ketika mineral dan zat lain dalam darah mengkristal di ginjal, membentuk massa padat (batu). Batu ginjal biasanya keluar dari tubuh saat penderitanya kencing. Mengeluarkan batu ginjal bisa sangat menyakitkan, tetapi jarang menimbulkan masalah yang berarti. Baca juga: Waspadai Penyebab Urine Berwarna Hijau, Merah, Ungu, Oranye, dan Seperti Teh 

3. Glomerulonefritis 
Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomeruli. Glomeruli adalah struktur yang sangat kecil di dalam ginjal yang menyaring darah. Glomerulonefritis dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat-obatan, atau kelainan bawaan. Beruntungnya, glomerulonefritis sering menjadi lebih baik dengan sendirinya. 

4. Penyakit ginjal polikistik 
Penyakit ginjal polikistik adalah kelainan genetik yang menyebabkan banyak kista (kantung kecil berisi cairan) tumbuh di ginjal. Kista ini dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Penting untuk dipahami, kista ginjal pada seseorang cukup umum dan hampir selalu tidak berbahaya. Tapi, penyakit ginjal polikistik adalah kondisi lain yang lebih serius. 

5. Infeksi saluran kemih 
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri pada bagian mana pun dari sistem saluran kemih. Infeksi pada kandung kemih dan uretra adalah yang paling umum. Beruntungnya, kebanyakan ISK mudah diobati dan jarang menyebabkan masalah kesehatan lebih lanjut. 

Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini tetap saja dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.

Gejala penyakit ginjal 
Merangkum National Kidney Foundation, ada sejumlah gejala sakit ginjal yang dapat dikenali, tapi terkadang para penderita menghubungkan tanda fisik itu dengan kondisi lain. Selain itu, mereka yang menderita penyakit ginjal cenderung tidak mengalami gejala sampai tahap yang paling akhir, ketika ginjal gagal berfungsi atau ketika terdapat sejumlah besar protein dalam urine. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa hanya ada 10 persen orang dengan penyakit ginjal kronis yang tahu bahwa mereka mengidapnya. 

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala penyakit ginjal yang patut diwaspadai: 
1. Tubuh terasa lebih lelah, memiliki lebih sedikit energi, atau kesulitan berkonsentrasi 
Penurunan fungsi ginjal yang parah dapat menyebabkan penumpukan racun dan kotoran dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan orang merasa lelah, lemah, dan sulit berkonsentrasi. Komplikasi lain dari penyakit ginjal adalah anemia, yang dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan.

2. Sulit tidur 
Ketika ginjal tidak menyaring dengan baik, racun tetap berada di dalam darah atau tidak keluar dari tubuh melalui urine. Kondisi ini bisa membuat penderita penyakitnya sulit tidur. Ada juga hubungan sleep apnea lebih sering terjadi pada mereka yang menderita penyakit ginjal kronis, dibandingkan dengan populasi umum.

3. Kulit kering dan gatal 
Ginjal yang sehat melakukan banyak tugas penting. Organ ini antara lain berfungsi untuk: Menghilangkan limbah dan cairan ekstra dari tubuh 
  • Membantu membuat sel darah merah 
  • Membantu menjaga tulang tetap kuat 
  • Bekerja untuk menjaga kadar mineral yang tepat dalam darah 
Kulit kering dan gatal bisa menjadi tanda penyakit mineral dan tulang yang sering menyertai penyakit ginjal lanjut, ketika ginjal tidak lagi mampu menjaga keseimbangan mineral dan nutrisi dalam darah. 

4. Merasa ingin kencing lebih sering 
Jika Anda merasa ingin kencing lebih sering, terutama pada malam hari, ini bisa menjadi tanda penyakit ginjal. Ketika filter ginjal rusak, itu dapat menyebabkan peningkatan keinginan untuk buang air kecil. Terkadang ini juga bisa menjadi tanda infeksi saluran kencing atau pembesaran prostat pada pria.

5. Urine berdarah 
Ginjal yang sehat biasanya menjaga sel-sel darah di dalam tubuh saat menyaring limbah dari darah untuk membuat urine, tetapi ketika filter ginjal telah rusak, sel-sel darah ini dapat "bocor" ke urine. Selain menandakan penyakit ginjal, darah dalam urine bisa menjadi indikasi tumor, batu ginjal, atau infeksi. 

6. Urine berbusa 
Gelembung yang berlebihan dalam urine, terutama yang mengharuskan Anda untuk menyiramnya beberapa kali sebelum hilang bisa menunjukkan adanya protein dalam urine. Busa yang muncul tersebut mungkin terlihat seperti busa yang terlihat ketika seseorang mengocok telur. Hal itu terjadi karena protein umum yang ditemukan dalam urine, albumin adalah protein yang sama yang ditemukan dalam telur. Protein dalam urine adalah tanda awal bahwa filter ginjal telah rusak, sehingga protein dapat bocor ke dalam urine.

7. Alami pembengkakan yang terus-menerus di sekitar mata 
Bengkak di sekitar mata bisa disebabkan oleh fakta bahwa ginjal mengeluarkan sejumlah besar protein dalam urine, daripada menyimpannya di dalam tubuh. 

8. Kaki, terutama pergelangan kaki bengkak 
Fungsi ginjal yang menurun dapat menyebabkan retensi natrium, menyebabkan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki. Pembengkakan di ekstremitas bawah juga bisa menjadi tanda penyakit jantung, penyakit hati, dan masalah pembuluh darah kaki kronis. 

9. Nafsu makan hilang 
Nafsu makan buruk adalah gejala yang sangat umum, tetapi penumpukan racun akibat penurunan fungsi ginjal bisa menjadi salah satu penyebabnya.

10. Otot kram 
Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi akibat gangguan fungsi ginjal. Misalnya, kadar kalsium yang rendah dan fosfor yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kram otot. Jika Anda mengalami beberapa gejala penyakit ginjal di atas, akan lebih baik jika segera menemui dokter. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang menderita penyakit ginjal atau tidak adalah dengan melakukan tes. Sementara, jika Anda berisiko terkena penyakit ginjal karena hipertensi, diabetes, punya riwayat keluarga dengan gagal ginjal, atau berusia lebih dari 60 tahun, penting untuk menjalani pemeriksaan penyakit ginjal setiap tahun.
Share:

10 Gejala Awal Penyakit Jantung pada Wanita yang Tak Boleh Diabaikan

Penyakit jantung adalah sebutan untuk beberapa kondisi abnormal pada organ jantung dan pembuluh darah. 
Kondisi itu termasuk: 
  • Penyakit arteri koroner atau penyumbatan pada pembuluh darah di sekitar jantung 
  • Penyakit arteri perifer atau penyumbatan pada pembuluh darah di lengan atau kaki 
  • Masalah dengan ritme jantung atau aritmia 
  • Masalah dengan otot atau katup jantung atau penyakit katup jantung 
  • Gagal jantung kongestif, yakni masalah dengan fungsi pemompaan atau relaksasi otot jantung
Gejala Penyakit Jantung Koroner Berbagai masalah kesehatan ini dapat berkembang seiring waktu atau mungkin akibat dari pembentukan jantung yang tidak normal sejak lahir. Selama ini penyakit jantung lebih sering dianggap sebagai masalah kesehatan yang kebanyakan menyerang pria. Tapi pada kenyatannya, penyakit jantung juga menjadi penyebab utama kematian pada wanita. Karena beberapa gejala penyakit jantung pada wanita dapat berbeda dengan pria, wanita seringkali tidak tahu apa yang harus diwaspadai. 

Gejala awal penyakit jantung pada wanita 
Melansir Health Line, banyak wanita tidak memiliki gejala penyakit jantung sampai mereka mengalami keadaan darurat seperti serangan jantung. Beberapa gejala penyakit jantung pada wanita mungkin samar karena mereka cenderung mengalami penyumbatan tidak hanya di arteri utama, tetapi juga di arteri kecil yang memasok darah ke jantung, suatu kondisi yang disebut penyakit jantung pembuluh kecil atau penyakit mikrovaskular koroner.

Namun, jika wanita memiliki gejala awal penyakit jantung, gejala tersebut mungkin termasuk: 
  • Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada yang bisa terasa tajam, tumpul atau berat (disebut angina) Nyeri di leher, rahang, atau tenggorokan 
  • Nyeri di perut bagian atas 
  • Sakit punggung bagian atas 
  • Mual Kelelahan Sesak napas 
  • Kelemahan umum 
  • Perubahan warna kulit, seperti kulit keabu-abuan atau pucat 
  • Sering berkeringat 
Gejala ini dapat terjadi saat wanita sedang istirahat atau selama aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi itu juga bisa menjadi gejala serangan jantung pada wanita.

Gejala penyakit jantung lainnya pada wanita 
Lebih banyak gejala penyakit jantung pada wanita mungkin menjadi lebih jelas saat penyakit itu berkembang. Gejalanya dapat berbeda tergantung pada jenis penyakit jantung tertentu yang wanita miliki. Gejala penyakit jantung pada wanita juga berbeda dengan pria, yang lebih cenderung mengalami nyeri dada. 
Gejala penyakit jantung pada wanita yang kemungkinan muncul di kemudian hari meliputi: 
  • Bengkak di tungkai, kaki, atau pergelangan kaki 
  • Penambahan berat badan 
  • Masalah tidur 
  • Jantung terasa seperti berdetak sangat cepat (jantung berdebar-debar) 
  • Batuk 
  • Mengi 
  • Berkeringat 
  • Pusing 
  • Gangguan pencernaan 
  • Sakit maag 
  • Gelisah 
  • Pingsan 
Jika Anda merasakan beberapa gejala tersebut dan mencurigai adanya penyakit jantung, jangan pernah menunda untuk segera menemui dokter.

Faktor risiko penyakit jantung pada wanita
Sama seperti pada pria, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan obesitas dapat menjadi faktor risiko utama penyakit jantung pada wanita. Tetapi faktor lain dapat memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan penyakit jantung pada wanita. Melansir Mayo Clinic, faktor risiko penyakit jantung pada wanita meliputi: 
1. Diabetes 
Wanita dengan diabetes lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung daripada pria dengan diabetes. Selain itu, karena diabetes dapat mengubah cara wanita dalam merasakan sakit, mereka berisiko lebih besar mengalami serangan jantung tiba-tiba karena tanpa gejala. Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Normal dalam Tubuh? 

2. Stres mental dan depresi 
Stres dan depresi mempengaruhi hati wanita lebih dari pria. Depresi mempersulit mempertahankan gaya hidup sehat dan mengikuti pengobatan yang direkomendasikan. 

3. Merokok 
Merokok merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk penyakit jantung pada wanita dibandingkan pada pria.
 
4. Kurang bergerak 
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Beberapa penelitian menemukan wanita kurang aktif dibandingkan pria. 

5. Menopause 
Kadar estrogen yang rendah setelah menopause menimbulkan risiko penyakit yang signifikan pada pembuluh darah yang lebih kecil. Baca juga: Tak Hanya Wanita, Pria Juga Bisa Alami Menopause 

6. Komplikasi kehamilan 
Tekanan darah tinggi atau diabetes selama kehamilan dapat meningkatkan risiko jangka panjang ibu terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Kondisi tersebut juga membuat wanita lebih mungkin terkena penyakit jantung. 

7. Riwayat keluarga penyakit jantung dini 
Ini tampaknya menjadi faktor risiko yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria. 

8. Penyakit radang 
Gangguan kesehatan berupa arthritis rheumatoid (rematik), lupus dan lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung baik pada pria maupun wanita. Perlu dipahami bahwa penyakit jantung adalah sesuatu yang harus diwaspadai oleh wanita dari segala usia, bukan hanya yang sudah lansia. Wanita di bawah usia 65, terutama yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga juga perlu memperhatikan faktor risiko penyakit jantung.

Cara mengurangi risiko penyakit jantung pada wanita Menjalani gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Cobalah strategi menyehatkan jantung berikut: 

1. Berhenti merokok Jika Anda tidak merokok, jangan mulai. Usahakan untuk menghindari paparan asap rokok yang juga dapat merusak pembuluh darah. 

2. Berolahragalah secara teratur Secara umum, setiap orang harus melakukan olahraga ringan, seperti berjalan dengan kecepatan tinggi, hampir setiap hari dalam seminggu. 

3. Pertahankan berat badan yang sehat Coba ukur berat badan badan Anda. Jika Anda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan beberapa kilogram pun dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko diabetes.

4. Makan makanan yang sehat Pilihlah biji-bijian utuh, berbagai buah dan sayuran, produk susu rendah lemak atau bebas lemak, dan daging tanpa lemak. Hindari lemak jenuh atau trans, gula tambahan, dan garam dalam jumlah tinggi. 

5. Kelola stres Stres dapat menyebabkan pembuluh arteri mengencang, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama penyakit mikrovaskuler koroner. 

6. Batasi konsumsi alkohol Jika Anda minum lebih dari satu gelas alkohol dalam sehari, kurangi atau akan lebih baik jika Anda menghindarinya. Baca juga: 5 Kesalahpahaman tentang Darah Tinggi yang Perlu Diluruskan 

7. Ikuti rencana perawatan yang dijalani Minum obat sesuai resep, seperti obat tekanan darah, pengencer darah, dan aspirin. 8. Kelola kondisi kesehatan lainnya Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung.

Share:

Thursday, February 4, 2021

Urut-urutan Gejala yang Paling Sering Dialami Pasien COVID-19

Gejala yang muncul pada infeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 cukup beragam, mulai dari yang paling umum seperti sesak napas hingga yang tak terbayangkan seperti sariawan. Tidak semua pasien mengalami gejala yang sama, bahkan ada yang tak bergejala sama sekali.

Variasi ini jugalah yang bagi sebagian orang memicu pandangan skeptis: "apa-apa kok dibilang COVID-19".

Faktanya, infeksi virus Corona tidak hanya menyerang pernapasan. Para ilmuwan mengaitkannya juga dengan keluhan mata merah, gangguan pencernaan, bahkan masalah kejiwaan.

Meski tidak ada yang benar-benar sama, para pakar mengamati pola kemunculan gejala yang paling umum dialami pasien. Dikutip dari Timesnownews, berikut urut-urutan gejala yang muncul.

1. Demam
Selama pandemi, hampir semua tempat memberlakukan pengecekan suhu tubuh. Ada benarnya, sebab salah satu gejala paling umum pada infeksi apapun adalah demam. Demikian juga pada COVID-19, demam termasuk salah satu gejala paling perlu diwaspadai.

2. Batuk
Karena SARS-CoV-2 utamanya menyerang pernapasan, maka gejala yang umum berikutnya adalah batuk-batuk. Gejala ini juga paling diwaspadai, karena semburan droplet saat batuk adalah jalur utama penularan virus Corona. Karena itulah, masker jadi perlindungan wajib selama pandemi.

3. Anosmia
Tidak bisa mencium bau dan mengecap rasa juga tidak spesifik hanya dialami pasien COVID-19. Infeksi pernapasan pada umumnya juga bisa memicu keluhan ini. Tetapi, anosmia atau ketidakmampuan mendeteksi bau belakangan makin banyak dialami pasien COVID-19.

4. Pegal-pegal
Keluhan pegal dan nyeri otot muncul ketika virus Corona mulai masuk ke dalam tubuh dan mengalami replikasi. Proses tersebut memicu inflamasi atau radang, yang salah satunya ditandai dengan keluhan nyeri.

5. Diare
Kenapa China memberlakukan anal swab test untuk mendeteksi COVID-19? Gangguan pencernaan adalah salah satu gejala yang banyak dikeluhkan berikutnya. Benar, dari saluran pernapasan, virus ini bisa berakhir di saluran pencernaan, dan dikeluarkan bersama feses atau tinja.

8 Tanda-tanda Gejala COVID-19 Terbaru yang Tak Boleh Diabaikan
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru kini semakin banyak yang diketahui. Umumnya, gejala COVID-19 yang banyak dialami di antaranya demam, batuk, hingga sesak napas.

Salah satu tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang belum lama diketahui adalah parosmia atau gangguan pada indra penciuman pasien Corona. Gejala satu ini termasuk aneh dan unik yang dialami oleh pasien COVID-19.
Untuk lebih mengetahuinya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang perlu diketahui dan diwaspadai.

1. Parosmia
Dikutip dari Healthline, parosmia atau distorsi penciuman ini menyebabkan penderitanya mengalami 'halusinasi penciuman'. Misalnya bau harum mungkin akan tercium busuk di indra penciumannya.
Seorang ahli bedah telinga, hidung, tenggorokan (THT), Profesor Nirmal Kumar menjelaskan gejala satu ini cukup unik dan aneh. Hal ini pun pernah dialami oleh dua pasiennya.

"Yang satu mengatakan saat mencium aroma, bau yang mereka rasakan adalah seperti bau ikan. Dan yang lainnya mencium bau terbakar, meski di sekitarnya tidak ada asap," kata Profesor Kumar yang dikutip dari Daily Star.
"Kami menyebutnya virus neurotropik. Artinya, virus ini mempengaruhi saraf di atap hidung, seperti gangguan pada sistem saraf Anda, dan saraf tidak berfungsi," lanjutnya.

2. Delirium
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru lainnya adalah delirium. Ini merupakan gejala mental yang membuat pengidapnya mengalami kebingungan berat dan kesadaran yang berkurang akibat terganggunya sistem saraf pusat. Umumnya, gejala COVID-19 terbaru ini muncul pada kelompok lanjut usia atau lansia.
"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi," kata peneliti dari University of Catalonia, Javier Correa.

3. Kelelahan
Kelelahan juga termasuk ke dalam tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami pasien Corona. Berdasarkan studi yang di publikasi di Journal of the American Medical Association (JAMA), ini jadi salah satu gejala yang bisa bertahan lama setelah seseorang terinfeksi COVID-19.
Dari studi ini ditemukan sebanyak 53 persen pasien Corona mengalami gejala kelelahan selama sekitar 60 hari, setelah gejala COVID-19 pertama kali muncul.

4. Sakit mata
Berdasarkan studi di Anglia Ruskin University (ARU), Inggris, sebanyak 18 persen pasien Corona mengalami salah satu gejala baru yaitu fotofobia atau sensitivitas cahaya.
Dari 83 responden, 81 persennya melaporkan adanya masalah mata dalam dua minggu pasca gejala COVID-19 lainnya muncul. Dari jumlah tersebut, 80 persen melaporkan masalah mata yang mereka alami berlangsung selama kurang dari dua minggu.

"Ini adalah studi pertama yang menyelidiki berbagai gejala mata yang mengindikasikan konjungtivitis dalam kaitannya dengan COVID-19, kerangka waktunya dalam kaitannya dengan gejala COVID-19 yang diketahui dan durasinya," jelas penulis utama Profesor Shahina Pardhan, Direktur Vision and Eye Research Institute di ARU.

5. Masalah pencernaan
Sebuah studi mengungkapkan infeksi virus Corona bisa mengakibatkan masalah pencernaan, seperti diare dan muntah-muntah. Umumnya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru ini terjadi disertai dengan gejala Corona lainnya.

Meski begitu, hanya empat persen orang yang didiagnosis positif COVID-19 dengan diare dan muntah sebagai gejala tunggal tanpa adanya gejala penyerta.

6. Nyeri otot
Penelitian yang dipublikasi di The Journal Annals of Clinical and Translational Neurology menemukan sebanyak 44,8 persen relawan yang berpartisipasi dalam studi ini mengalami nyeri otot akibat COVID-19.
Rasa nyeri yang muncul ini mungkin disebabkan akibat peradangan yang terjadi di dalam tubuh akibat infeksi virus Corona. Tak hanya pasien Corona saja, orang yang sudah sembuh dari infeksi Corona juga bisa mengalami nyeri otot ini.

7. Ruam kulit
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang juga sudah dialami pasien COVID-19 adalah ruam di kulit. Menurut dokter kulit dari DNI Skin Centre, Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, infeksi virus Corona bisa menyebabkan ruam kulit. Namun, cenderung bersifat ringan dan tidak berisiko fatal.
"Kemungkinan muncul ruam pada pasien COVID itu bervariasi risikonya sekitar 0,2-20 persen," jelas dr Darma.

8. Hilang kemampuan indra penciuman dan perasa
Kehilangan kemampuan indra penciuman dan perasa atau anosmia juga termasuk sebagai tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami. Bahkan butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sampai fungsi indra tersebut kembali normal.

Beberapa pasien yang mengalami gejala COVID-19 ini seringkali membutuhkan perawatan hingga terapi. Hal ini dilakukan untuk 'memperbaiki' otak agar bisa mengenali rasa, baru, dan aroma yang akurat seperti sebelumnya.
Share:

Gejala COVID-19 Ini Awet Banget, Muncul Melulu Meski Sudah Sembuh

Pada beberapa kasus, gejala COVID-19 masih dialami pasien meski tes sudah menunjukkan hasil negatif. Bahkan pada kasus lainnya, pasien tidak bisa benar-benar sembuh dari cedera organ meski sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Gejala berkepanjangan dari infeksi COVID-19 ini dikenal sebagai fenomena long COVID. Menurut National Institute of Clinical Excellence (NICE), gejala ini bisa mencakup gangguan pernapasan, masalah kardiovaskular, neurologis, gastrointestinal (mual dan diare), THT, dermatologis, psikis, hingga gejala lainnya seperti lelah, demam, dan nyeri tubuh.

Dilansir dari Times of India, riset menunjukan bahwa terdapat dua gejala yang paling sering dikeluhkan pasien sembuh. Gejala pertama adalah dyspnea atau sesak napas yang membuat pasien merasa sesak dan tidak nyaman di dada.

Gejala selanjutnya adalah rasa lelah belebihan (fatigue). Pasien merasa terus-menerus lelah meski sudah beristirahat cukup. Bahkan, rasa lelah ini bisa menganggu kondisi kesehatan.

Sebelumnya, ilmuwan dari National Institute for Health Research memaparkan bahwa salah satu bentuk sindrom pasca COVID (post-COVID syndrome) adalah kerusakan permanen pada jantung dan paru-paru.

Kerusakan permanan ini lebih berisiko dialami oleh pasien lanjut usia. Pasalnya, kemampuan tubuh mereka dalam meregenerasi sel cenderung lebih lemah daripada pasien anak-anak dan usia muda.

Lebih lagi, risiko kerusakan jantung permanen ini sangat berisiko dialami oleh orang dengan penyakit penyerta, atau yang terbiasa merokok.
Apa yang Harus Dilakukan?

Sama seperti langkah mencegah penyebaran virus, pasien yang mengalami long COVID harus menjaga jarak fisik dengan orang lain, menjaga kebersihan, memakai masker, dan menjalani pola hidup sehat.

Jika pasien mengalami sesak napas berkelanjutan, usahakan untuk tetap berada di ruang dengan sirkulasi udara yang baik. Pasien yang menjalani pengobatan dari rumah bisa rutin membuka jendela, tentu sembari tetap mencegah potensi penularan pada anggota ke keluarga.
Share:

Wednesday, February 3, 2021

Perbandingan Efikasi Vaksin COVID-19, Sinovac hingga Sputnik V

Sampai saat ini, para ilmuwan masih berlomba-lomba untuk menghasilkan vaksin COVID-19 yang efektif mencegah penularan virus Corona. Bahkan beberapa di antaranya sudah menunjukkan efektivitas lebih dari 90 persen.

Namun, seperti vaksin pada umumnya, vaksin COVID-19 ini juga melaporkan adanya efek samping yang dirasakan relawan saat mendapatkan suntikan uji coba. Mulai dari nyeri hingga demam.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut perbandingan efektivitas dari beberapa kandidat vaksin COVID-19.

1. Pfizer- BioNTech
Vaksin buatan Pfizer dan BioNTech yaitu BNT162b2 diklaim 90 persen efektif. Seperti yang lainnya, vaksin ini juga menunjukkan adanya efek samping pada relawannya.

Beberapa orang dari total relawan sebanyak 43.500 ini mengalami efek samping seperti sakit kepala dan nyeri otot pada suntikan pertama. Relawan asal Austin, Texas, Glenn Deshields (44) mengatakan merasa 'pengar yang parah' dan rasa seperti mabuk, meski hilang dengan cepat.

2. Moderna
Salah satu vaksin COVID-19 lainnya yaitu yang dikembangkan oleh Moderna juga disebut menjadi kandidat yang potensial untuk menangkal penularan Corona. Ini karena vaksin tersebut memiliki efikasi sebesar 94,5 persen, menjanjikan, dan diklaim menimbulkan efek samping yang ringan.

3. Oxford-AstraZeneca
Dari situs penelitian ilmiah Lancet, dilaporkan efikasi dari Astrazeneca mencapai 70 persen. Angka ini didapatkan dari uji klinis tahap tiga di Brasil dan Inggris.

Angka efikasi tersebut didapat dari penggabungan data kelompok orang yang divaksinasi dengan dosis tepat, dan dosis yang keliru. Jika hanya menggunakan data kelompok dosis yang tepat, ditemukan efikasi sebesar 64 persen.

Meski lebih rendah, vaksin Astrazeneca telah mencapai standar efikasi minimal vaksin Covid-19 yaitu 50 persen. Vaksin Astrazeneca juga tidak perlu disimpan dalam suhu -80 derajat seperti vaksin Covid-19 Pfizer.

4. Johnson & Johnson
Pada Jumat (29/1/2021), Johnson & Johnson mengatakan satu suntikan vaksinnya memiliki kemanjuran 66 persen, dilihat dari uji coba skala besar yang mencakup tiga benua. Di AS, kemanjuran vaksin mencapai 72 persen, tetapi hanya 57 persen di Afrika Selatan. Sebanyak 95 persen kasus virus Corona yang ditemukan dalam uji coba adalah varian baru asal Afrika Selatan.

Terlepas dari varian baru, para ahli mengatakan bahwa vaksin yang ada masih berharga dalam perang melawan virus corona. Vaksin Johnson & Johnson 89 persen efektif dalam mencegah penyakit parah di Afrika Selatan.

"Pada akhirnya adalah menghentikan kematian, menghentikan rumah sakit agar tidak mengalami krisis dan semua vaksin ini, bahkan termasuk terhadap varian Afrika Selatan, tampaknya melakukan itu secara substansial," kata Dr Amesh Adalja, ahli penyakit menular di Johns Hopkins Pusat Keamanan Kesehatan.

5. Sputnik V
Hasil uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 buatan Rusia, Sputnik V, menunjukkan efikasi sebesar 91,6 persen dalam melawan gejala COVID-19 dan 100 persen melawan penyakit parah dan sedang. Temuan analisis sementara hasil uji coba fase 3 ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet, Selasa (2/2/2021).

Hasil uji klinis ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari 19.866 peserta. Sekitar tiga perempat (14.964) menerima dua dosis vaksin dan seperempat (4.902) diberi plasebo.

Sekitar 21 hari setelah pemberian dosis pertama, sebanyak 16 kasus gejala COVID-19 ditemukan dalam kelompok vaksin. Lalu 62 kasus ditemukan pada kelompok plasebo, hal tersebut setara dengan efektivitas vaksin yang mencapai 91,6 persen.

Uji coba tersebut melibatkan 2.144 orang yang berusia di atas 60 tahun dan sub-analisis yang dilakukan pada kelompok ini mengungkapkan bahwa vaksin tersebut dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki kemanjuran yang setara 91,8 persen.

6. Sinovac Biotech
Dari uji klinis yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat, tim peneliti mendapatkan efikasi sebesar 65,3 persen. Penghitungan efficacy rate dari uji klinis di Bandung dengan subjek 1.600, dengan interim analisis sesuai dengan penghitungan statistik kita menargetkan 25 kasus terinfeksi.

Uji klinis juga dilakukan di Brasil dengan nilai efikasi sebesar 50,4 persen. Sedangkan dalam uji klinis di Turki, efikasi vaksin asal China ini tercatat sebesar 91,25 persen.

Kenapa berbeda-beda? Ada banyak faktor, salah satunya kondisi para relawan uji klinis. Di Brasil misalnya, mayoritas relawan adalah tenaga kesehatan yang dalam keseharian memang lebih rentan terhadap paparan COVID-19, dibanding relawan uji klinis di Bandung yang latar belakangnya lebih beragam.

7. Novavax
Berdasarkan hasil analisis awal, vaksin Corona Novavax menunjukkan efikasi 89,3 persen melawan varian baru Corona Inggris. Hasil ini disampaikan pada Kamis (28/1/2021), berdasarkan data interim uji klinis yang dilakukan di Inggris.

Uji klinis vaksin yang dilakukan di Inggris melibatkan sebanyak 15.000 orang, yang berusia 18 hingga 84 tahun. Sekitar 27 persen dari relawan berusia di atas 65 tahun.

Seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College, New York, John Moore mengatakan bahwa data vaksin Novavax ini sudah setara dengan hasil dari vaksin Pfizer dan Moderna.
"Ini tidak berbeda secara statistik. Vaksin ini pada dasarnya bekerja dengan baik pada strain yang dominan menyebar di Inggris, yang berarti sama efektifnya di Amerika Serikat," kata Moore yang dikutip dari CNA, Jumat (29/1/2021).

Dikutip dari laman The Guardian, hasil uji klinis lain dari vaksin Novavax melaporkan bahwa hasil dari uji coba menunjukkan vaksinnya memiliki kemanjuran 50 persen secara keseluruhan dalam mencegah COVID-19 di antara orang-orang di Afrika Selatan, tempat ditemukannya varian baru yang kabarnya lebih menular.
Share:

Search This Blog

Categories

Blog Archive

Visitors

Flag Counter

Blog Archive