Berbagilah Dengan Sesama Tanpa Mengharapkan Apapun

Saturday, February 6, 2021

4 Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah arteri koroner. Pembuluh darah arteri koroner sendiri merupakan pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah pembawa sari makanan dan oksigen ke otot jantung. Dampak dari tidak lancarnya aliran darah ke otot jantung tersebut yakni bisa mengakibatkan kerusakan otot-otot jantung yang dapat meyebabkan gangguan pompa jantung (gagal jantung) dan bahkan kematian.

Oleh sebab itu, penyakit jantung koroner tidak layak disepelekan. Terlebih lagi, kecenderungan terjadinya penyakit jantung koroner termasuk penyakit kardiovaskuler lainnya, seperti stroke otak, hipertensi, dan penyakit pembuluh darah perifer dilaporkan saat ini bergeser pada usia yang lebih muda, terutama menyerang kelompok usia produktif. Faktor risiko penyakit jantung koroner Melansir NIH, ada banyak faktor risiko penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung koroner pada seseorang akan meningkat seiring dengan jumlah faktor risiko yang dimiliki dan seberapa seriusnya. Berikut ini beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai: 
  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi 
  • Kolesterol tinggi Kebiasaan merokok 
  • Diabetes melitus (kencing manis) 
  • Kegemukan (obesitas) 
  • Genetik (faktor keturunan keluarga) 
  • Kurang olahraga 
  • Konsumsi alkohol berlebihan 
  • Stres karena berbagai sebab 
Beberapa faktor risiko, seperti obesitas, kurang olahraga, konsumsi alkohol berlebih, stres, diabetes, merokok, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup jantung sehat. Sementara, faktor risiko lain, seperti jenis kelamin, usia tua, riwayat keluarga dan genetika, serta ras dan etnis, tidak dapat diubah. 

Tanda dan gejala penyakit jantung koroner 
Mengenal berbagai gejala penyakit jantung koroner kiranya penting sebagai langkah deteksi dini penyakit mematikan ini. Melansir Mayo Clinic, jika pembuluh darah arteri koroner menyempit, sari makanan dan oksigen sulit dialirkan ke jantung, terutama saat jantung berdetak kencang, seperti saat berolahraga.

Pada awalnya, aliran darah yang menurun mungkin tidak akan menimbulkan gejala apapun. Namun, karena plak terus menumpuk di pembuluh darah arteri koroner, seseorang mungkin akan mengalami tanda dan gejala penyakit jantung koroner, sebagai berikut: 

1. Nyeri dada (angina) Penderita mungkin akan merasakan tekanan atau sesak di dada, seolah-olah ada seseorang yang sedang berdiri di atas dada. Nyeri ini disebut angina, biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri dada. Angina pada umumnya dipicu oleh aktivitas fisik, seperti olahraga maupun stres emosional. Rasa sakit biasanya akan hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas maupun tidak lagi stres. Pada beberapa orang, terutama wanita, rasa sakit mungkin singkat atau tajam dan terasa di leher, lengan atau punggung. Sementara, pada penderita berusia lanjut lebih dari 65 tahun dan penderita kencing manis, keluhan nyeri dada ini sering kali tidak jelas atau biasanya tersamarkan, seperti masuk angina. 

2. Sesak napas Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, termasuk paru-paru, bisa saja menimbulkan sesak napas atau kelelahan ekstrem saat beraktivitas. Bukan itu saja, banyaknya cairan yang terdapat pada paru-paru bisa jadi akan membuat sesak napas semakin parah, terlebih bila terjadi bersamaan dengan nyeri dada. 

3. Serangan jantung Pembuluh darah arteri koroner yang tersumbat sepenuhnya akan menyebabkan serangan jantung. Tanda dan gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan di dada dan nyeri di bahu atau lengan, terkadang disertai sesak napas dan keringat dingin.
Wanita agak lebih cenderung memiliki tanda dan gejala serangan jantung yang kurang khas dibandingkan pria, seperti nyeri leher atau rahang. Selain itu, mereka mungkin memiliki gejala lain seperti sesak napas, kelelahan, dan mual. 

4. Mual dan muntah Saat pembuluh darah arteri koroner tersumbat, secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen dan memang bisa pula menyebabkan iskemia. Iskemia adalah kondisi yang memicu terjadinya keringat secara berlebih, tubuh lemaj, serta mual dan muntah. Sementara itu, pada penderita diabetes, sesuai penelitian dari MiDAs di Milan Italia pada 2006, hampir 52 persen penderita penyakit jantung koroner tidak mengalami keluhan nyeri dada atau sering disebut silent ischemia. Meski demikian, deteksi awal dan penanganan cepat saat terjadinya serangan jantung akan memberikan manfaat pencegahan dari bahaya kematian dan kegagalan pompa jantung di kemudian hari. Merangkum Medical News Today, untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner, siapa saja memerlukan beberapa tahap pemeriksaan. 
Pertama, berkonsultasilah ke dokter spesialis jantung untuk mengetahui adanya keluhan dini penyakit jantung koroner, hipertensi, dan kelainan irama atau debar jantung dengan pemeriksaan Electrocardiogram (ECG). 
Kedua, pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan faktor risiko, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol darah, fungsi ginjal, asam urat, dan faktor risiko lainnya. Ketiga, melakukan treadmill test atau yang saat ini lebih akurat lagi, yaitu pemeriksaan MS–CT Cardiac 64 Slice (scanning jantung ). Tapi, diagnostik yang paling akurat adalah melakukan kateterisasi jantung koroner.
Share:

9 Gejala Penyakit Jantung yang Harus Diwaspadai

Penyakit jantung dianggap sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian. Misalnya saja pada penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bisa menimbulkan serangan jantung mendadak yang berujung kematian.

Serangan jantung terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju jantung, sehingga suplai oksigen dan nutrisi di otot jantung dan jaringan di sekitar jantung berkurang. Tak seperti otot tubuh lainnya, otot jantung sayangnya tidak memiliki kemampuan beregenerasi. Apabila terdapat sedikit saja kerusakan, maka akan berakibat fatal bagi tubuh. Semakin lama serangan jantung terjadi, maka kian banyak pula kerusakan di organ jantung. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala penyakit jantung, sehingga dapat memberikan atau menerima pertolongan dengan segera. 

Beberapa orang bahkan sangat perlu memahami ciri-ciri penyakit jantung karena memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti: 
  • Mengalami kegemukan atau obesitas 
  • Memiliki riwayat diabetes 
  • Pengidap kolesterol tinggi 
  • Memiliki riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi 
  • Berusia lebih dari 60 tahun 
Gejala penyakit jantung pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung jenis penyakitnya. Ada yang menunjukkan tanda penyakit jantung yang khas, tapi sebagian lainnya tidak menunjukkan gejala penyakit jantung yang jelas.

Oleh sebab itu, penderita bisa saja baru menyadari bahwa dirinya terkena penyakit jantung ketika kondisinya sudah parah. Bahkan, tidak jarang dari mereka pada akhirnya meregang nyawa karena keterlembatan dalam memperoleh penanangan. Berikut ini adalah ragam gejala penyakit jantung yang perlu diwaspadai: 
1. Timbul rasa nyeri dada (angina pectoris)
Melansir Buku Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner Kandas (2014) oleh Risa Hermawati dan Haris Asri Candra Dewi, rasa nyeri di dada adalah salah satu gejala penyakit jantung. Rasa nyeri ini timbul karena otot jantung tidak mendapatkan cukup suplai darah, sehingga kekurangan oksigan (O2).

Rasa nyeri di dada dapat muncul dan menjalar di beberapa bagian tubuh, seperti leher, bahu, dada, dan lengan. Intensitas timbulnya rasa nyeri cukup bervariasi karena berhubungan dengan aktivitas atau emosi. Rasa nyeri yang timbul bisa stabil atau tidak stabil. Untuk rasa nyeri yang stabil biasanya berlangsung dengan durasi 30 detik hingga beberapa menit. Rasa nyeri akibat penyakit jantung biasanya akan hilang apabila penderita beristirahat, menenangkan diri, atau mengonsumsi obat-obatan. Rasa nyeri yang tidak stabil biasanya bertahan atau tidak segera menghilang meskipun penderitanya beristirahat atau menenangkan diri. Tak jarang, rasa nyeri ini juga disertai dengan keringat dingin, lemas, dan bahkan pingsan. 
Berikut ini pemaparan spesifikasi rasa nyeri yang terjadi di bagian tubuh tertentu sebagai pertanda gejala penyakit jantung: 
  • Nyeri di antara dua tulang belikat 
  • Rasa nyeri di perut bagian atas, seringkali kondisi ini disangka sebagai gangguan pencernaan 
  • Rasa nyeri di seluruh dada bagian atas, di daerah yang lebih luas bagian tengah dada dan terpusat di bagian bawah tulang dada 
  • Rasa nyeri di leher bagian tengah hingga bawah sampai di kedua sisi leher R
  • asa nyeri terjadi di rahang, leher, dan dada 
  • Rasa nyeri di dada bagian tengah, bahu, dan lengan bagian dalam. 
  • Nyeri di bahu dan lengan sebelah kiri pada umumnya jauh lebih sering dibandingkan bagian kanan Lengan kanan bagian dalam, mulai ketiak sampai bagian bawah siku, lengan kiri bagian dalam sampai pergelangan, dan gangguan di bahu 
2. Sesak napas (dyspnea)
Rasa nyeri dan tidak nyaman di dada sebagai gejala penyakit jantung biasanya disertai dengan sesak napas. Sesak napas terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk mendapatkan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) karena masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru. Masyarakat yang awam terhadap gejala penyakit jantung pada umumnya menyamakan sesak napas dengan gangguan paru-paru. Tapi, hal tersebut tidak selalu benar karena berdasarkan laporan, 75 persen penyebab dari sesak napas berasal dari jantung. Ini berarti hanya 25 persen sesak napas yang disebabkan oleh gangguan paru-paru. Dengan begitu, sangat baik jika Anda segera pergi ke dokter ketika mengalami sesak napas. Dokter mungkin akan membantu memastikan penyebab sesak napas yang diderita.

3. Keanehan pada irama denyut jantung 
Jika irama denyut jantung tidak teratur dan aneh, perlu diwaspadai sebagai gejala penyakit jantung yang dapat berakibat fatal. Ketidakteraturan denyut jantung pada penyakit jantung disebabkan oleh penebalan otot di katup jantung, sehingga katup jantung mengalami penyempitan dan berakibat pada kebocoran jantung.

4. Pusing 
Jangan salah, pusing rupanya juga bisa menjadi gejala penyakit jantung yang perlu diwaspadai. Rasa pusing pada penyakit jantung muncul sebagai akibat menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah, sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi terganggu. 

5. Rasa lelah berkepanjangan
Sering mengalami kelelahan yang luar biasa dan berkepanjangan padahal tidak habis melakukan pekerjaan yang berat dapat menjadi salah satu gejala penyakit jantung. Gejala ini dapat muncul sebulan lebih awal dari serangan jantung dan biasanya disertai dengan sulit tidur, sulit bernapas, dan gangguan pencernaan. Apabila segera disadari, jangka waktu satu bulan dapat dimanfaatkan untuk melakukan upaya pencegahan sebelum serangan jantung benar-benar terjadi.

6. Sakit perut, mual, dan muntah
Kebanyakan penderita penyakit jantung mengalami sakit perut, mual, muntah, dan bahkan disertai dengan gangguan selera makan. Kondisi ini dapat terjadi akibat adanya pembengkakak di perut. Biasanya gejala sakit perut, mual, dan mutah disalahartikan sebagai masuk angin, sehingga tindakan pengobatan yang dilakukan tidak tepat sasaran. 

7. Batuk-batuk 
Melansir Buku Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol (2002) oleh Drs. Sudjaswadi Wiryowidagdo & M. Sitanggang, batuk-batuk juga bisa menjadi gejala penyakit jantung. Batuk pada dasarnya adalah tindakan refleks naluriah atau mekanisme kerja tubuh untuk mengusir benda asing yang dapat mengiritasi saluran pernapasan. Bahkan, produksi lendir (ketika batuk) merupakan sebuah mekanisme perlindungan yang digunakan untuk tujuan yang sama. Namun, batuk yang keras dan terus-menerus bisa disebabkan karena penyakit tertentu dan tidak boleh dianggap remeh.
Batuk kronis ini pada umumnya menjadi sebuah indikasi adanya infeksi saluran pernafasan. Tapi pada kenyatannya, hal itu mungkin juga memiliki kaitan dengan penyakit jantung. Jantung adalah organ pemompa yang memasok darah terdeoksigenasi ke paru-paru, yang kemudian dibawa pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Jika kemampuan memompa jantung terganggu atau terserang penyakit, hal ini akan menimbulkan kongesti paru. Cairan di dalam paru-paru dan jantung dapat menimbulkan gejala seperti batuk, sesak napas atau tersengal-sengal. 

8. Pingsan (syncope) 
Penderita syncope bisa sampai kehilangan kesadaran. Ditinjau dari etimolog, penyakit syncope bisa disebabkan oleh gangguan detak jantung, gangguan dinding jantung, dan tekanan darah tinggi, sehingga detak jantung menjadi tidak berirama atau beraturan. 

9. Mendengkur 
Melansir Buku Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan (2014)oleh Nutrifood Research Center, mendengkur saat tidur bisa jadi prediksi terjadinya serangan jantung. Maka dari itu, apabila pasangan atau ada anggota keluarga yang mendengkur saat tidur, Anda lebih baik mengawasinya dulu daripada langsung dibangungkan dan menyuruhnya pindah tempat tidur. Dengkuran yang melibatkan terputusnya napas saat tidur atau kondisi yang dinamakan Obstructive Sleep Apnea (OSA), pasalnya dapat berakibat buruk bagi tubuh. Sleep apnea dapat membuat seseorang terkena penyakit jantung dan stroke dalam waktu yang lama. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang terkena speep apnea memiliki kenaikan risiko terkana serangan jantung lebih tinggi 40 persen dibanding dengan orang yang tidurnya nyenyak atau tanpa mendengkur.

Faktor risiko sleep apnea Salah satu faktor risiko sleep apnea adalah berat badan dan orang-orang yang kegemukan sering mengalami sleep apnea saat tidur. Berita baiknya, menurunkan berat badan adalah strategi yang tepat untuk mengurangi mendengkur, sekaligus menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta risiko terkana diabetes mellitus. Namun, orang yang tidak mengalami sleep apnea saat tidur mendengkur belum tentu juga terbebas dari bahaya kesehatan. Sebuah studi mengungkap bahwa dengkuran tanpa sleep apnea pun ternyata berhubungan dengan penebalan pembuluh nadi di leher (carotid artery). Dalam jangka waktu panjang, gejala ini dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, yang kemudian berkembang menjadi berbagai penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Meski belum banyak studi yang menunjukkan hasil serupa, bukan berarti Anda akan mengabaikan saja dengkuran pasangan atau anggota keluarga lainnya, bukan? Jika orang yang mendengkur mengalami kegemukan, dukunglah mereka untuk bisa menurunkan berat badan hingga ideal. Ajak juga mereka untuk berkonsultasi dengan dokter apabila dengkurannya sudah mengganggu tidurnya.

Share:

10 Gejala Penyakit Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Setiap orang normalnya mempunyai dua buah ginjal. Masing-masing ginjal tersebut mengandung sekitar satu juta nefron atau gelung halus pembuluh darah yang berfungsi sebagai filter (saringan) darah. Oleh karena itu, apabila ginjal mengalami masalah kesehatan, beragam komplikasi dapat terjadi, seperti penumpukan limbah dan racun, anemia, hingga gangguan elektrolit.

Penyakit ginjal akan terjadi ketika ginjal rusak dan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kerusakan dapat disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan berbagai kondisi kronis lainnya. Penyakit ginjal dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, termasuk tulang lemah, kerusakan sarah, hingga kekurangan gizi. 

Jenis-jenis penyakit ginjal dan penyebabnya 
Melansir Health Line, ada beragam bentuk atau jenis penyakit ginjal yang perlu diwaspadai. Berikut ini penjelasannya: 
1. Penyakit ginjal kronis 
Bentuk penyakit ginjal yang paling umum adalah penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis adalah kondisi jangka panjang yang tidak membaik seiring berjalannya waktu. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Baca juga: Bagaimana Darah Tinggi Bisa Sebabkan Gagal Ginjal? Tekanan darah tinggi berbahaya bagi ginjal karena dapat meningkatkan tekanan pada glomeruli. Glomeruli adalah pembuluh darah kecil di ginjal tempat darah dibersihkan. Seiring waktu, peningkatan tekanan merusak pembuluh darah ini dan fungsi ginjal mulai menurun. Fungsi ginjal pada akhirnya akan memburuk sampai pada titik dimana ginjal tidak dapat lagi melakukan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini, seseorang perlu menjalani dialisis. Dialisis menyaring cairan ekstra dan limbah keluar dari darah. Dialisis dapat membantu mengobati penyakit ginjal tetapi tidak dapat menyembuhkannya. Transplantasi ginjal mungkin merupakan pilihan pengobatan lain tergantung pada keadaan penderita.

Diabetes juga merupakan penyebab utama penyakit ginjal kronis. Diabetes adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan gula darah tinggi. Peningkatan kadar gula dalam darah merusak pembuluh darah di ginjal dari waktu ke waktu. Artinya, ginjal tidak lagi dapat membersihkan darah dengan baik. Gagal ginjal dapat terjadi ketika tubuh dipenuhi oleh racun. 

2. Batu ginjal 
Batu ginjal adalah masalah ginjal umum lainnya. Penyakit ini terjadi ketika mineral dan zat lain dalam darah mengkristal di ginjal, membentuk massa padat (batu). Batu ginjal biasanya keluar dari tubuh saat penderitanya kencing. Mengeluarkan batu ginjal bisa sangat menyakitkan, tetapi jarang menimbulkan masalah yang berarti. Baca juga: Waspadai Penyebab Urine Berwarna Hijau, Merah, Ungu, Oranye, dan Seperti Teh 

3. Glomerulonefritis 
Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomeruli. Glomeruli adalah struktur yang sangat kecil di dalam ginjal yang menyaring darah. Glomerulonefritis dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat-obatan, atau kelainan bawaan. Beruntungnya, glomerulonefritis sering menjadi lebih baik dengan sendirinya. 

4. Penyakit ginjal polikistik 
Penyakit ginjal polikistik adalah kelainan genetik yang menyebabkan banyak kista (kantung kecil berisi cairan) tumbuh di ginjal. Kista ini dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Penting untuk dipahami, kista ginjal pada seseorang cukup umum dan hampir selalu tidak berbahaya. Tapi, penyakit ginjal polikistik adalah kondisi lain yang lebih serius. 

5. Infeksi saluran kemih 
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri pada bagian mana pun dari sistem saluran kemih. Infeksi pada kandung kemih dan uretra adalah yang paling umum. Beruntungnya, kebanyakan ISK mudah diobati dan jarang menyebabkan masalah kesehatan lebih lanjut. 

Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini tetap saja dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.

Gejala penyakit ginjal 
Merangkum National Kidney Foundation, ada sejumlah gejala sakit ginjal yang dapat dikenali, tapi terkadang para penderita menghubungkan tanda fisik itu dengan kondisi lain. Selain itu, mereka yang menderita penyakit ginjal cenderung tidak mengalami gejala sampai tahap yang paling akhir, ketika ginjal gagal berfungsi atau ketika terdapat sejumlah besar protein dalam urine. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa hanya ada 10 persen orang dengan penyakit ginjal kronis yang tahu bahwa mereka mengidapnya. 

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala penyakit ginjal yang patut diwaspadai: 
1. Tubuh terasa lebih lelah, memiliki lebih sedikit energi, atau kesulitan berkonsentrasi 
Penurunan fungsi ginjal yang parah dapat menyebabkan penumpukan racun dan kotoran dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan orang merasa lelah, lemah, dan sulit berkonsentrasi. Komplikasi lain dari penyakit ginjal adalah anemia, yang dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan.

2. Sulit tidur 
Ketika ginjal tidak menyaring dengan baik, racun tetap berada di dalam darah atau tidak keluar dari tubuh melalui urine. Kondisi ini bisa membuat penderita penyakitnya sulit tidur. Ada juga hubungan sleep apnea lebih sering terjadi pada mereka yang menderita penyakit ginjal kronis, dibandingkan dengan populasi umum.

3. Kulit kering dan gatal 
Ginjal yang sehat melakukan banyak tugas penting. Organ ini antara lain berfungsi untuk: Menghilangkan limbah dan cairan ekstra dari tubuh 
  • Membantu membuat sel darah merah 
  • Membantu menjaga tulang tetap kuat 
  • Bekerja untuk menjaga kadar mineral yang tepat dalam darah 
Kulit kering dan gatal bisa menjadi tanda penyakit mineral dan tulang yang sering menyertai penyakit ginjal lanjut, ketika ginjal tidak lagi mampu menjaga keseimbangan mineral dan nutrisi dalam darah. 

4. Merasa ingin kencing lebih sering 
Jika Anda merasa ingin kencing lebih sering, terutama pada malam hari, ini bisa menjadi tanda penyakit ginjal. Ketika filter ginjal rusak, itu dapat menyebabkan peningkatan keinginan untuk buang air kecil. Terkadang ini juga bisa menjadi tanda infeksi saluran kencing atau pembesaran prostat pada pria.

5. Urine berdarah 
Ginjal yang sehat biasanya menjaga sel-sel darah di dalam tubuh saat menyaring limbah dari darah untuk membuat urine, tetapi ketika filter ginjal telah rusak, sel-sel darah ini dapat "bocor" ke urine. Selain menandakan penyakit ginjal, darah dalam urine bisa menjadi indikasi tumor, batu ginjal, atau infeksi. 

6. Urine berbusa 
Gelembung yang berlebihan dalam urine, terutama yang mengharuskan Anda untuk menyiramnya beberapa kali sebelum hilang bisa menunjukkan adanya protein dalam urine. Busa yang muncul tersebut mungkin terlihat seperti busa yang terlihat ketika seseorang mengocok telur. Hal itu terjadi karena protein umum yang ditemukan dalam urine, albumin adalah protein yang sama yang ditemukan dalam telur. Protein dalam urine adalah tanda awal bahwa filter ginjal telah rusak, sehingga protein dapat bocor ke dalam urine.

7. Alami pembengkakan yang terus-menerus di sekitar mata 
Bengkak di sekitar mata bisa disebabkan oleh fakta bahwa ginjal mengeluarkan sejumlah besar protein dalam urine, daripada menyimpannya di dalam tubuh. 

8. Kaki, terutama pergelangan kaki bengkak 
Fungsi ginjal yang menurun dapat menyebabkan retensi natrium, menyebabkan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki. Pembengkakan di ekstremitas bawah juga bisa menjadi tanda penyakit jantung, penyakit hati, dan masalah pembuluh darah kaki kronis. 

9. Nafsu makan hilang 
Nafsu makan buruk adalah gejala yang sangat umum, tetapi penumpukan racun akibat penurunan fungsi ginjal bisa menjadi salah satu penyebabnya.

10. Otot kram 
Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi akibat gangguan fungsi ginjal. Misalnya, kadar kalsium yang rendah dan fosfor yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kram otot. Jika Anda mengalami beberapa gejala penyakit ginjal di atas, akan lebih baik jika segera menemui dokter. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang menderita penyakit ginjal atau tidak adalah dengan melakukan tes. Sementara, jika Anda berisiko terkena penyakit ginjal karena hipertensi, diabetes, punya riwayat keluarga dengan gagal ginjal, atau berusia lebih dari 60 tahun, penting untuk menjalani pemeriksaan penyakit ginjal setiap tahun.
Share:

10 Gejala Awal Penyakit Jantung pada Wanita yang Tak Boleh Diabaikan

Penyakit jantung adalah sebutan untuk beberapa kondisi abnormal pada organ jantung dan pembuluh darah. 
Kondisi itu termasuk: 
  • Penyakit arteri koroner atau penyumbatan pada pembuluh darah di sekitar jantung 
  • Penyakit arteri perifer atau penyumbatan pada pembuluh darah di lengan atau kaki 
  • Masalah dengan ritme jantung atau aritmia 
  • Masalah dengan otot atau katup jantung atau penyakit katup jantung 
  • Gagal jantung kongestif, yakni masalah dengan fungsi pemompaan atau relaksasi otot jantung
Gejala Penyakit Jantung Koroner Berbagai masalah kesehatan ini dapat berkembang seiring waktu atau mungkin akibat dari pembentukan jantung yang tidak normal sejak lahir. Selama ini penyakit jantung lebih sering dianggap sebagai masalah kesehatan yang kebanyakan menyerang pria. Tapi pada kenyatannya, penyakit jantung juga menjadi penyebab utama kematian pada wanita. Karena beberapa gejala penyakit jantung pada wanita dapat berbeda dengan pria, wanita seringkali tidak tahu apa yang harus diwaspadai. 

Gejala awal penyakit jantung pada wanita 
Melansir Health Line, banyak wanita tidak memiliki gejala penyakit jantung sampai mereka mengalami keadaan darurat seperti serangan jantung. Beberapa gejala penyakit jantung pada wanita mungkin samar karena mereka cenderung mengalami penyumbatan tidak hanya di arteri utama, tetapi juga di arteri kecil yang memasok darah ke jantung, suatu kondisi yang disebut penyakit jantung pembuluh kecil atau penyakit mikrovaskular koroner.

Namun, jika wanita memiliki gejala awal penyakit jantung, gejala tersebut mungkin termasuk: 
  • Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada yang bisa terasa tajam, tumpul atau berat (disebut angina) Nyeri di leher, rahang, atau tenggorokan 
  • Nyeri di perut bagian atas 
  • Sakit punggung bagian atas 
  • Mual Kelelahan Sesak napas 
  • Kelemahan umum 
  • Perubahan warna kulit, seperti kulit keabu-abuan atau pucat 
  • Sering berkeringat 
Gejala ini dapat terjadi saat wanita sedang istirahat atau selama aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi itu juga bisa menjadi gejala serangan jantung pada wanita.

Gejala penyakit jantung lainnya pada wanita 
Lebih banyak gejala penyakit jantung pada wanita mungkin menjadi lebih jelas saat penyakit itu berkembang. Gejalanya dapat berbeda tergantung pada jenis penyakit jantung tertentu yang wanita miliki. Gejala penyakit jantung pada wanita juga berbeda dengan pria, yang lebih cenderung mengalami nyeri dada. 
Gejala penyakit jantung pada wanita yang kemungkinan muncul di kemudian hari meliputi: 
  • Bengkak di tungkai, kaki, atau pergelangan kaki 
  • Penambahan berat badan 
  • Masalah tidur 
  • Jantung terasa seperti berdetak sangat cepat (jantung berdebar-debar) 
  • Batuk 
  • Mengi 
  • Berkeringat 
  • Pusing 
  • Gangguan pencernaan 
  • Sakit maag 
  • Gelisah 
  • Pingsan 
Jika Anda merasakan beberapa gejala tersebut dan mencurigai adanya penyakit jantung, jangan pernah menunda untuk segera menemui dokter.

Faktor risiko penyakit jantung pada wanita
Sama seperti pada pria, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan obesitas dapat menjadi faktor risiko utama penyakit jantung pada wanita. Tetapi faktor lain dapat memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan penyakit jantung pada wanita. Melansir Mayo Clinic, faktor risiko penyakit jantung pada wanita meliputi: 
1. Diabetes 
Wanita dengan diabetes lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung daripada pria dengan diabetes. Selain itu, karena diabetes dapat mengubah cara wanita dalam merasakan sakit, mereka berisiko lebih besar mengalami serangan jantung tiba-tiba karena tanpa gejala. Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Normal dalam Tubuh? 

2. Stres mental dan depresi 
Stres dan depresi mempengaruhi hati wanita lebih dari pria. Depresi mempersulit mempertahankan gaya hidup sehat dan mengikuti pengobatan yang direkomendasikan. 

3. Merokok 
Merokok merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk penyakit jantung pada wanita dibandingkan pada pria.
 
4. Kurang bergerak 
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Beberapa penelitian menemukan wanita kurang aktif dibandingkan pria. 

5. Menopause 
Kadar estrogen yang rendah setelah menopause menimbulkan risiko penyakit yang signifikan pada pembuluh darah yang lebih kecil. Baca juga: Tak Hanya Wanita, Pria Juga Bisa Alami Menopause 

6. Komplikasi kehamilan 
Tekanan darah tinggi atau diabetes selama kehamilan dapat meningkatkan risiko jangka panjang ibu terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Kondisi tersebut juga membuat wanita lebih mungkin terkena penyakit jantung. 

7. Riwayat keluarga penyakit jantung dini 
Ini tampaknya menjadi faktor risiko yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria. 

8. Penyakit radang 
Gangguan kesehatan berupa arthritis rheumatoid (rematik), lupus dan lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung baik pada pria maupun wanita. Perlu dipahami bahwa penyakit jantung adalah sesuatu yang harus diwaspadai oleh wanita dari segala usia, bukan hanya yang sudah lansia. Wanita di bawah usia 65, terutama yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga juga perlu memperhatikan faktor risiko penyakit jantung.

Cara mengurangi risiko penyakit jantung pada wanita Menjalani gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Cobalah strategi menyehatkan jantung berikut: 

1. Berhenti merokok Jika Anda tidak merokok, jangan mulai. Usahakan untuk menghindari paparan asap rokok yang juga dapat merusak pembuluh darah. 

2. Berolahragalah secara teratur Secara umum, setiap orang harus melakukan olahraga ringan, seperti berjalan dengan kecepatan tinggi, hampir setiap hari dalam seminggu. 

3. Pertahankan berat badan yang sehat Coba ukur berat badan badan Anda. Jika Anda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan beberapa kilogram pun dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko diabetes.

4. Makan makanan yang sehat Pilihlah biji-bijian utuh, berbagai buah dan sayuran, produk susu rendah lemak atau bebas lemak, dan daging tanpa lemak. Hindari lemak jenuh atau trans, gula tambahan, dan garam dalam jumlah tinggi. 

5. Kelola stres Stres dapat menyebabkan pembuluh arteri mengencang, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama penyakit mikrovaskuler koroner. 

6. Batasi konsumsi alkohol Jika Anda minum lebih dari satu gelas alkohol dalam sehari, kurangi atau akan lebih baik jika Anda menghindarinya. Baca juga: 5 Kesalahpahaman tentang Darah Tinggi yang Perlu Diluruskan 

7. Ikuti rencana perawatan yang dijalani Minum obat sesuai resep, seperti obat tekanan darah, pengencer darah, dan aspirin. 8. Kelola kondisi kesehatan lainnya Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung.

Share:

Thursday, February 4, 2021

Urut-urutan Gejala yang Paling Sering Dialami Pasien COVID-19

Gejala yang muncul pada infeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 cukup beragam, mulai dari yang paling umum seperti sesak napas hingga yang tak terbayangkan seperti sariawan. Tidak semua pasien mengalami gejala yang sama, bahkan ada yang tak bergejala sama sekali.

Variasi ini jugalah yang bagi sebagian orang memicu pandangan skeptis: "apa-apa kok dibilang COVID-19".

Faktanya, infeksi virus Corona tidak hanya menyerang pernapasan. Para ilmuwan mengaitkannya juga dengan keluhan mata merah, gangguan pencernaan, bahkan masalah kejiwaan.

Meski tidak ada yang benar-benar sama, para pakar mengamati pola kemunculan gejala yang paling umum dialami pasien. Dikutip dari Timesnownews, berikut urut-urutan gejala yang muncul.

1. Demam
Selama pandemi, hampir semua tempat memberlakukan pengecekan suhu tubuh. Ada benarnya, sebab salah satu gejala paling umum pada infeksi apapun adalah demam. Demikian juga pada COVID-19, demam termasuk salah satu gejala paling perlu diwaspadai.

2. Batuk
Karena SARS-CoV-2 utamanya menyerang pernapasan, maka gejala yang umum berikutnya adalah batuk-batuk. Gejala ini juga paling diwaspadai, karena semburan droplet saat batuk adalah jalur utama penularan virus Corona. Karena itulah, masker jadi perlindungan wajib selama pandemi.

3. Anosmia
Tidak bisa mencium bau dan mengecap rasa juga tidak spesifik hanya dialami pasien COVID-19. Infeksi pernapasan pada umumnya juga bisa memicu keluhan ini. Tetapi, anosmia atau ketidakmampuan mendeteksi bau belakangan makin banyak dialami pasien COVID-19.

4. Pegal-pegal
Keluhan pegal dan nyeri otot muncul ketika virus Corona mulai masuk ke dalam tubuh dan mengalami replikasi. Proses tersebut memicu inflamasi atau radang, yang salah satunya ditandai dengan keluhan nyeri.

5. Diare
Kenapa China memberlakukan anal swab test untuk mendeteksi COVID-19? Gangguan pencernaan adalah salah satu gejala yang banyak dikeluhkan berikutnya. Benar, dari saluran pernapasan, virus ini bisa berakhir di saluran pencernaan, dan dikeluarkan bersama feses atau tinja.

8 Tanda-tanda Gejala COVID-19 Terbaru yang Tak Boleh Diabaikan
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru kini semakin banyak yang diketahui. Umumnya, gejala COVID-19 yang banyak dialami di antaranya demam, batuk, hingga sesak napas.

Salah satu tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang belum lama diketahui adalah parosmia atau gangguan pada indra penciuman pasien Corona. Gejala satu ini termasuk aneh dan unik yang dialami oleh pasien COVID-19.
Untuk lebih mengetahuinya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang perlu diketahui dan diwaspadai.

1. Parosmia
Dikutip dari Healthline, parosmia atau distorsi penciuman ini menyebabkan penderitanya mengalami 'halusinasi penciuman'. Misalnya bau harum mungkin akan tercium busuk di indra penciumannya.
Seorang ahli bedah telinga, hidung, tenggorokan (THT), Profesor Nirmal Kumar menjelaskan gejala satu ini cukup unik dan aneh. Hal ini pun pernah dialami oleh dua pasiennya.

"Yang satu mengatakan saat mencium aroma, bau yang mereka rasakan adalah seperti bau ikan. Dan yang lainnya mencium bau terbakar, meski di sekitarnya tidak ada asap," kata Profesor Kumar yang dikutip dari Daily Star.
"Kami menyebutnya virus neurotropik. Artinya, virus ini mempengaruhi saraf di atap hidung, seperti gangguan pada sistem saraf Anda, dan saraf tidak berfungsi," lanjutnya.

2. Delirium
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru lainnya adalah delirium. Ini merupakan gejala mental yang membuat pengidapnya mengalami kebingungan berat dan kesadaran yang berkurang akibat terganggunya sistem saraf pusat. Umumnya, gejala COVID-19 terbaru ini muncul pada kelompok lanjut usia atau lansia.
"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi," kata peneliti dari University of Catalonia, Javier Correa.

3. Kelelahan
Kelelahan juga termasuk ke dalam tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami pasien Corona. Berdasarkan studi yang di publikasi di Journal of the American Medical Association (JAMA), ini jadi salah satu gejala yang bisa bertahan lama setelah seseorang terinfeksi COVID-19.
Dari studi ini ditemukan sebanyak 53 persen pasien Corona mengalami gejala kelelahan selama sekitar 60 hari, setelah gejala COVID-19 pertama kali muncul.

4. Sakit mata
Berdasarkan studi di Anglia Ruskin University (ARU), Inggris, sebanyak 18 persen pasien Corona mengalami salah satu gejala baru yaitu fotofobia atau sensitivitas cahaya.
Dari 83 responden, 81 persennya melaporkan adanya masalah mata dalam dua minggu pasca gejala COVID-19 lainnya muncul. Dari jumlah tersebut, 80 persen melaporkan masalah mata yang mereka alami berlangsung selama kurang dari dua minggu.

"Ini adalah studi pertama yang menyelidiki berbagai gejala mata yang mengindikasikan konjungtivitis dalam kaitannya dengan COVID-19, kerangka waktunya dalam kaitannya dengan gejala COVID-19 yang diketahui dan durasinya," jelas penulis utama Profesor Shahina Pardhan, Direktur Vision and Eye Research Institute di ARU.

5. Masalah pencernaan
Sebuah studi mengungkapkan infeksi virus Corona bisa mengakibatkan masalah pencernaan, seperti diare dan muntah-muntah. Umumnya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru ini terjadi disertai dengan gejala Corona lainnya.

Meski begitu, hanya empat persen orang yang didiagnosis positif COVID-19 dengan diare dan muntah sebagai gejala tunggal tanpa adanya gejala penyerta.

6. Nyeri otot
Penelitian yang dipublikasi di The Journal Annals of Clinical and Translational Neurology menemukan sebanyak 44,8 persen relawan yang berpartisipasi dalam studi ini mengalami nyeri otot akibat COVID-19.
Rasa nyeri yang muncul ini mungkin disebabkan akibat peradangan yang terjadi di dalam tubuh akibat infeksi virus Corona. Tak hanya pasien Corona saja, orang yang sudah sembuh dari infeksi Corona juga bisa mengalami nyeri otot ini.

7. Ruam kulit
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang juga sudah dialami pasien COVID-19 adalah ruam di kulit. Menurut dokter kulit dari DNI Skin Centre, Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, infeksi virus Corona bisa menyebabkan ruam kulit. Namun, cenderung bersifat ringan dan tidak berisiko fatal.
"Kemungkinan muncul ruam pada pasien COVID itu bervariasi risikonya sekitar 0,2-20 persen," jelas dr Darma.

8. Hilang kemampuan indra penciuman dan perasa
Kehilangan kemampuan indra penciuman dan perasa atau anosmia juga termasuk sebagai tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami. Bahkan butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sampai fungsi indra tersebut kembali normal.

Beberapa pasien yang mengalami gejala COVID-19 ini seringkali membutuhkan perawatan hingga terapi. Hal ini dilakukan untuk 'memperbaiki' otak agar bisa mengenali rasa, baru, dan aroma yang akurat seperti sebelumnya.
Share:

Search This Blog

Categories

Blog Archive

Visitors

Flag Counter

Blog Archive